Dari Pulau Pramuka Kepulauan Seribu untuk Laut yang Bersih dari Sampah Plastik
- Penulis : Ulil
- Minggu, 13 Oktober 2024 08:09 WIB

Dikombinasikan dengan tren wisata yang mendukung perekonomian Pulau Pramuka, kini wisatawan dari luar pulau dapat berkunjung ke lab plastik atau terlibat dalam tradisi membersihkan sampah di ekosistem mangrove.
Dampaknya terasa nyata, dulu kapal pengangkut sampah rutin menyambangi Pulau Pramuka setiap satu kali dalam sepekan. Kini, kapal itu hanya datang satu atau dua kali dalam sebulan dan kebanyakan yang diangkut sudah dalam bentuk residu.
Kerja keras tidak mengkhianati hasil. Masyarakat Pulau Pramuka mendapatkan penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) Kategori Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2018.
Baca Juga: Ganjar Saat Coba Membuat Karya Seni Dari Sampah Plastik Bareng Seniman Di Jogja
Mahariah, yang berprofesi sebagai guru, dan para penggerak lainnya tidak berhenti hanya di Pulau Pramuka. Berbekal dukungan beragam pihak termasuk dari pemerintah, mereka mencoba mereplikasi di pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu yang memiliki permukiman masyarakat.
Diharapkan dengan gerakan yang dimulai dari masyarakat tersebut dapat menciptakan lingkungan Kepulauan Seribu yang lestari, menjaga alam yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan mereka yang berdiam di pulau-pulau.
Pengelolaan sampah
Baca Juga: Pemprov DKI Gelontorkan Dana Rp 1 Triliun Bangun Pengolahan Sampah di Rorotan
Isu persoalan sampah di laut telah menjadi perhatian Pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, dengan beragam langkah untuk menekan kebocoran sampah plastik ke lingkungan terus dilakukan.
Menurut data olahan Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKNPSL), memperlihatkan jumlah kebocoran sampah plastik mencapai 359.061 ton pada 2023. Jumlah itu memperlihatkan penurunan dari 615.675 ton sampah plastik bocor ke laut pada 2018.
Peneliti Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova memperingatkan dampak kebocoran plastik ke lingkungan, selain sulit untuk terdegradasi secara alami terdapat juga ancaman mikroplastik yang terlepas darinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, mikroplastik kini telah terdeteksi pada semua sampel air dan sedimen. Partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter itu juga sudah ditemukan di berbagai jenis ikan dan kerang yang dikonsumsi oleh manusia.