DECEMBER 9, 2022
Kolom

Dari Pulau Pramuka Kepulauan Seribu untuk Laut yang Bersih dari Sampah Plastik

image
Pengunjung berjalan menyusuri ekosistem mangrove di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. ANTARA/Prisca Triferna

Menghadapi kenyataan tersebut, masyarakat Pulau Pramuka yang kala itu sudah menginisiasi ekowisata sebagai upaya menggerakkan ekonomi sambil tetap menjaga lingkungan, kini juga mulai menaruh perhatian penuh kepada sampah.

Inisiatif Rumah Hijau yang didirikan Mahariah bersama ibu-ibu di Pulau Pramuka kemudian menjadi penggerak, yang tidak hanya dalam bentuk melakukan kegiatan penanaman mangrove di pesisir dan membersihkan pantai dari sampah, tapi juga mulai memilah dan mengumpulkan sampah organik dan anorganik untuk diolah.

"Dari situ kami mengangkat isu-isu ini jadi sentral, makanya tagline akhirnya Pulauku Nol Sampah. Jadi sentral supaya kita bisa menyelesaikan sampahnya, bisa membersihkan lautnya dan memungkinkan laut menjadi lebih sehat, satwa bisa datang lagi istilahnya," kata Mahariah.

Baca Juga: Ganjar Saat Coba Membuat Karya Seni Dari Sampah Plastik Bareng Seniman Di Jogja

Gerakan yang akhirnya berkembang menjadi Yayasan Rumah Literasi Hijau itu dimulai dengan menyadarkan pentingnya pengelolaan sampah baik oleh masyarakat di pulau maupun wisatawan yang memadati kawasan itu di akhir pekan.

Dimulai sejak tahun 2009 dengan rumah daur ulang, Pulau Pramuka akhirnya memiliki bank sampah pada 2017 dan mendirikan lab  (laboratorium) plastik pada 2019.

Fasilitas lab plastik sendiri didirikan tidak hanya untuk mendukung pengelolaan sampah plastik tapi juga memberikan pendidikan pemanfaatan plastik yang menyasar pelajar maupun wisatawan yang ingin mengetahui lebih lanjut terkait upaya masyarakat untuk menekan timbulan sampah.

Baca Juga: Pemprov DKI Gelontorkan Dana Rp 1 Triliun Bangun Pengolahan Sampah di Rorotan

Dalam perkembangannya, kolaborasi antargenerasi juga terwujud dalam pengelolaan sampah di Pulau Pramuka, dengan fasilitas rumah daur ulang dikelola oleh para ibu, sementara lab plastik Rumah Literasi Hijau dikelola oleh generasi muda.

Ketua Rumah Literasi Hijau itu secara khusus menyoroti keterlibatan para pemuda Pulau Pramuka, yang beberapa di antara mereka dulu menjadi generasi pertama ikut memungut sampah di pantai bersama-sama ibu-ibu beberapa belas tahun lalu. Kini mereka menjadi mentor untuk menggaungkan pengelolaan dan pemanfaatan sampah, salah satunya dengan menggunakan teknologi pirolisis yang mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif.

Program bank sampah juga terus berjalan dengan nasabah di Pulau Pramuka sudah mencapai sekitar 200 warga. Dalam menjalankan bank sampah terdapat juga program barter yang Mahariah sebut sebagai program 3 banding 1, di mana masyarakat menyetor 3 kilogram sampah akan mendapat 1 liter BBM hasil pirolisis atau olahan jelantah dalam bentuk detergen dan sabun cuci piring.

Baca Juga: Sidang Paripurna di DPD RI Ramai dengan Perdebatan dan Interupsi karena Masih Pakai Kertas: Tidak Ramah Lingkungan

Program itu bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa sampah bukanlah benda tidak berguna dan dapat dibuang ke lingkungan. Jika dikelola dengan baik maka sampah akan menjadi sumber daya.

Halaman:
1
2
3
4
5
Sumber: Antara

Berita Terkait