Banda Neira, Tanah Pengasingan yang Melahirkan Kebebasan
- Penulis : Ulil
- Jumat, 25 Oktober 2024 18:07 WIB

Pada 1936 sampai dengan 1942, Banda Neira menjadi lokasi pembuangan bagi mereka yang dianggap membangkang terhadap pemerintahan Hindia Belanda.
Cukup terisolasi oleh laut Banda, menjadikannya tempat ideal untuk menjauhkan dari pusat pergerakan nasional. Namun bagi Hatta dan Sjahrir, Banda Neira bukan berarti keterasingan dari perjuangan.
Justru mereka menggunakan masa pembuangannya untuk memperdalam pemikiran tentang kemerdekaan.
Baca Juga: AHY:Bung Karno, pejuang sejati, membebaskan kita dari penjajahan dan menuju kemerdekaan
Saat mengunjungi rumah pengasingan Hatta yang terletak di Jl. Dr. Rehatta, Banda Neira, suasana masa lalu masih terasa.
Rumah yang berdiri di atas lahan seluas 660 meter persegi ini memiliki tiga bangunan utama.
Saat masuk ke ruang tamu, terdapat lemari etalase antik yang menyimpan berbagai barang milik Bung Hatta seperti peci, kacamata, hingga buku-buku yang pernah menemaninya.
Di ruangan lain, mesin ketik atau mesin "tik" tua masih kokoh menempati meja kerja Hatta, menjadi saksi bisu tempat di mana ia menuangkan pemikirannya tentang konsep-konsep ekonomi untuk Indonesia.
Mesin tik itu pula yang digunakannya untuk menulis berbagai artikel yang kerap diterbitkan koran Sin Tit Po, sekaligus menjadi sumber penghasilannya selama masa pengasingan.
Salah satu pengurus rumah pengasingan Hatta, Kipli (29), mengatakan bahwa semua barang itu asli milik sang proklamator, sengaja disimpan dan dirawat sebagai memorabilia.
"Penataan ruangan, furnitur dalam rumah masih autentik dipertahankan seperti saat ditinggali Bung Hatta dulu," ujarnya.