Kisah Pemuda yang menyukai Seafood, Kini Berkontribusi pada Ketahanan Pangan
- Penulis : Ulil
- Senin, 20 Januari 2025 11:30 WIB
Permasalahan gagal panen dan kerugian yang ditanggung oleh para petambak terus berulang selama tiga tahun.
Dari berbagai kegagalan tersebut, Nafi menyoroti permasalahan bahwa meskipun udang yang mereka budidayakan tidak terjangkit penyakit tertentu, keberhasilan budi daya udang serta hasil laut lainnya juga dipengaruhi oleh kualitas air.
Berangkat dari latar belakangnya di bidang teknologi, Nafi bersama rekannya pun fokus untuk menyelesaikan permasalahan gagal panen tersebut dengan jalur teknologi.
Ide untuk membangun perusahaan teknologi berkelanjutan di bidang akuakultur pun muncul pada tahun 2020, dan dieksekusi pada 2022.
Meningkatkan kualitas air untuk menjamin kesuksesan panen udang pun menjadi salah satu motivasi Nafi.
Inovasi untuk ketahanan pangan
Baca Juga: Catatan Denny JA: Renungan Sumpah Pemuda, Warna Nasionalisme di Era Algoritma
Fokus dari inovasi Nafi adalah meningkatkan produktivitas petambak dan penurunan biaya operasional, khususnya listrik untuk operasional tambak.
Kedua fokus tersebut melahirkan dua jenis inovasi, yakni manajemen kualitas air untuk meningkatkan produktivitas petambak, serta efisiensi energi untuk menurunkan biaya listrik petambak.
Inovasi pertama adalah eco-aerator, sebuah sistem pemberian oksigen kepada ikan (khususnya udang) yang menghasilkan kadar oksigen lebih tinggi daripada teknologi kincir, yang masih digunakan oleh pembudi daya ikan maupun udang di Indonesia.
Baca Juga: Pelajar di Banyuwangi Baca Ikrar Sumpah Pemuda dengan Memakai Busana Adat Nusantara
Selain itu, Nafi juga memiliki inovasi teknologi untuk memonitor dan mengontrol kualitas air bernama EBII System. Apabila kualitas air terdeteksi buruk, kata dia, maka eco-aerator akan menyala secara otomatis.