Puisi Esai Denny JA, Sang Pemula: Serikat Dagang Islam
- Penulis : Ulil
- Senin, 20 Januari 2025 13:31 WIB
Dan pribumi?
Mereka tubuh lemah,
terkulai di tanahnya sendiri.
Ekonomi adalah perahu rapuh,
koyak di tengah badai penjajahan,
yang semakin mengamuk,
semakin kemaruk.
“Apa gunanya layar yang kokoh, jika angin politik kolonial
selalu menyeret kita ke palung lautan yang dalam?”
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London
Anwar selalu di sana,
di samping Haji Samanhudi.
Di atas tanah yang terbelenggu,
bagi Anwar, nyala ini tak cukup mengusir kelam.
Kita butuh angin dari samudra,
gelombang besar yang membawa harapan,
dan mengguncang dasar takhta penjajah.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Sebagai Imigran, Ia Masih Luka
Samanhudi juga menyadari:
“Lidahku tak cukup panjang menjangkau hati rakyat yang terluka.
Aku hanyalah akar yang memeluk bumi, menahan beban nestapa.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup di Dalam Puisi Esai
Serikat Dagang Islam menjelma Serikat Islam.
Ia, pedagang, memilih mundur dari panggung.