Datuk Jasni Matlani Sebut Puisi Esai Sudah Goes International dan Bagian dari High Culture
- Penulis : Ulil
- Minggu, 15 Desember 2024 19:22 WIB
POLITIKABC.COM - Genre sastra puisi esai kini semakin diterima secara luas dan telah mendunia, menjadi bagian dari "high culture" yang dihargai di tempat yang sepatutnya.
Pernyataan ini disampaikan oleh Datuk Jasni Matlani, seorang sastrawan dan akademisi asal Malaysia, yang menjadi pembicara dalam diskusi pada Festival Puisi Esai Jakarta II, yang diadakan pada 13-14 Desember 2024 di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat.
Diskusi bertema "Puisi Esai Goes International" tersebut menghadirkan narasumber Datuk Jasni Matlani, Fatin Hamama R. Syam, dan Monica JR, dengan Sastri Bakry sebagai moderator.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Ketika Anakku Kecanduan Internet
Datuk Jasni Matlani menyatakan, “Jika puisi esai yang high culture diadaptasi ke film, teater, dan sebagainya maka ia menjadi bagian dari pop culture, yang memanusiakan manusia.”
Datuk Jasni juga memuji penggagas puisi esai Denny JA. “Denny JA luar biasa karena kebaikan karyanya, dan karena hujatan kepadanya yang juga luar biasa. Tidak ada sastrawan Indonesia lain yang mengalami seperti itu,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Datuk Jasni menceritakan tantangan dan tekanan yang ia hadapi di Malaysia, ketika pertama kali memperkenalkan puisi esai. Tetapi ia gigih dan tetap bertahan, meski harus mencari dana sendiri.
Ia berbesar hati bahwa pada 2024 ini puisi esai telah menjadi wahana sastra Melayu Nusantara di tingkat ASEAN dan global,
Datuk Jasni adalah sosok yang memprakarsai Festival Puisi Esai di Kota Kinabalu. Ia mengundang para sastrawan dan akademisi sastra dari Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan sebagainya. Ia juga yang memprakarsai Lomba Menulis Puisi Esai Se-ASEAN.
Datuk Jasni adalah juga pimpinan Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Sabah, serta Dewan Bahasa dan Sastera (Bahasa) Sabah.
Baca Juga: Pesan Denny JA dalam Pembukaan Festival Puisi Esai: Penting Memadukan Isu Sosial dan Puisi
Pembicara lain, penyair Fatin Hamama pada kesempatan itu menyatakan, “Puisi esai membawa misi kemanusiaan yang universal. Puisi esai juga menjadi sarana alternatif sebagai diplomasi sastra.”