DECEMBER 9, 2022
Kolom

Wayang Kulit Sasak, Media Komunikasi Lintas Budaya

image
Salah satu adegan dalam pertunjukan wayang Sasak yang dipentaskan oleh maestro dalang Lalu Nasib AR dalam acara Museum Begawe di Lapangan Kolaborasi Museum NTB, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/Sugiharto Purnama)

Pada tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui surat keputusan nomor 238/M/2013 menetapkan wayang Sasak sebagai warisan budaya tak benda dari Nusa Tenggara Barat yang masuk ke dalam domain seni pertunjukan.

Sebagai sebuah tontonan yang digandrungi masyarakat, dalang tak hanya bertugas memimpin jalan cerita melainkan juga berperan sebagai juru penerang yang acapkali menyelipkan ajaran-ajaran Islam.

Dalang juga bisa secara langsung memberikan penyuluhan kepada masyarakat, seperti kampanye pengurangan sampah plastik, propaganda keluarga berencana, penyuluhan program pembangunan, maupun kampanye politik.

Baca Juga: Merawat Jalan Kebudayaan di Kampung Jambuan Jember, Ajarkan Anak-anak Tentang Kearifan Lokal

Guyonan segar yang dilontarkan dalang dalam membawakan alur cerita pewayangan menjadi hiburan yang membius penonton untuk selalu tertawa, senang, dan bahagia. Bahkan, penonton bisa teriak histeris saat tokoh utama gugur saat perang.

Di dalam semiotika wayang Sasak, layar putih kosong yang dikelilingi warna hitam merepresentasikan bahwa awal mula alam semesta diciptakan kosong tanpa penghuni. Adapun lampu wayang atau belencong yang dinyalakan menandakan cahaya Tuhan yang memberi kehidupan bagi alam semesta.

Ragam kejadian yang ditampilkan dalam cerita wayang Sasak berkelebat sangat cepat. Penonton dibuat kembali ke masa lalu, kemudian seketika terhempas kembali ke masa kini.

Baca Juga: Makanan Tradisional Krecek Bung dari Lumajang Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda


Berteman zaman

Malam kian laut. Bulan perlahan naik ke titik zenit dan langit berubah menjadi sedikit terang. Bintang-bintang bertaburan dengan hawa dingin yang terbawa hembusan angin.

Lapangan terbuka yang menjadi lokasi maestro dalang Lalu Nasib AR menampilkan pertunjukan wayang Sasak - di seberang Museum Negeri Nusa Tenggara Barat - mulai terasa senyap, bahkan kafe yang ada di sebelah tidak lagi terdengar berisik.

Baca Juga: Pj Bupati Lebak Gunawan Rusminto Janjikan Jalan Menuju Wisata Budaya Badui akan Mulus di 2025

Jalan raya yang ramai dilalui kendaraan, satu demi satu kian sedikit. Sedangkan, di tengah lapangan orang-orang yang awalnya ramai menyaksikan pagelaran wayang hanya tersisa beberapa saja.

Halaman:
1
2
3
4
Sumber: Antara

Berita Terkait