DECEMBER 9, 2022
Kolom

Wayang Kulit Sasak, Media Komunikasi Lintas Budaya

image
Salah satu adegan dalam pertunjukan wayang Sasak yang dipentaskan oleh maestro dalang Lalu Nasib AR dalam acara Museum Begawe di Lapangan Kolaborasi Museum NTB, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/Sugiharto Purnama)

Lalu Nasib AR mendongak saat musik tradisional memasuki tempo allegro dan sesekali membetulkan sapuk (ikat kepala) yang menutupi ubun-ubunnya. Tangan sang maestro wayang Sasak itu menggenggam erat gapit yang bergerak meliuk menciptakan perseteruan sengit antara wayang kanan dan wayang kiri.


Tak sekadar pertunjukan

Wayang Sasak adalah instrumen komunikasi simbolik yang awalnya digunakan untuk media dakwah agama Islam di Pulau Lombok. Setiap tokoh wayang punya moral beragam yang menjadi pedoman dan pembelajaran bagi masyarakat.

Baca Juga: Merawat Jalan Kebudayaan di Kampung Jambuan Jember, Ajarkan Anak-anak Tentang Kearifan Lokal

Selain berfungsi untuk syiar agama, wayang Sasak juga berperan sebagai alat pendidikan, media penerangan, dan sarana hiburan.

Buku berjudul Wayang Sasak yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Pengembangan Permuseuman Nusa Tenggara Barat pada tahun 1987 menyebutkan bahwa wayang merupakan salah satu unsur kebudayaan asli Indonesia dan telah ada sebelum kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia.

Saat itu wayang berfungsi sebagai personafikasi perwujudan para leluhur. Setelah kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia, sekitar abad ke-5 masehi, pewayangan mendapat pengaruh yang lebih luas terutama dalam mewujudkan tema dan bentuknya yang lebih disempurnakan.

Baca Juga: Makanan Tradisional Krecek Bung dari Lumajang Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Sejak 1976 hingga sekarang, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat terus berusaha menyimpan, memelihara, dan memperkenalkan wayang Sasak sebagai salah satu bagian dari koleksi museum pelat merah tersebut.

Pada 21 September 2024, acara bertajuk Meseum Begawe yang menyuguhkan pagelaran wayang Sasak adalah salah satu upaya Museum Negeri Nusa Tenggara Barat dalam merawat tradisi tutur dan pentas wayang Sasak.

"Museum berkepentingan untuk melestarikan itu agar pelestariannya bisa kami teruskan ke generasi mendatang," kata Kepala Museum Nusa Tenggara Barat Ahmad Nuralam.

Baca Juga: Pj Bupati Lebak Gunawan Rusminto Janjikan Jalan Menuju Wisata Budaya Badui akan Mulus di 2025

Pagelaran wayang Sasak yang menghadirkan maestro Lalu Nasib AR adalah bentuk apresiasi dan pelestarian Museum Negeri Nusa Tenggara Barat terhadap seni pertunjukan tradisional di Pulau Lombok.

Halaman:
1
2
3
4
Sumber: Antara

Berita Terkait