Jaga Kearifan Lokal, Petani di Kabupaten Lebak Tetap Menanam Padi Gogo
- Penulis : Ulil
- Kamis, 16 Januari 2025 09:03 WIB
POLITIKABC.COM - Petani di Kabupaten Lebak, Banten, masih terus melestarikan "padi gogo" atau "padi huma" untuk mendukung program swasembada pangan yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Kami minta petani agar tetap melestarikan padi gogo di lahan darat, karena bisa memenuhi ketersediaan pangan masyarakat," kata Deni Iskandar, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, di Rangkasbitung, Rabu 15 Januari 2025.
Saat ini, ribuan petani di Kabupaten Lebak masih mempertahankan tradisi menanam padi gogo. Mereka tersebar di berbagai kecamatan seperti Leuwidamar, Cirinten, Sajira, Cimarga, Sobang, Cibeber, Cileles, Cigemblong, Muncang, Gunungkencana, Banjarsari, Bojongmanik, Bayah, dan Cilograng.
Baca Juga: 5.082 Petani di Kabupaten Kudus Gagal Panen, Pemerintah Mengusulkan Bantuan ke BNPB
Padi huma telah menjadi warisan turun-temurun yang ditanam di lahan darat di kawasan pegunungan dan perbukitan. Masyarakat adat kaolotan atau kasepuhan, termasuk Badui, juga tetap mempertahankan pertanian padi gogo, yang biasanya dipanen enam bulan setelah ditanam.
Untuk masa tanam 2024, hasil panen belum tersedia. Namun, tanaman yang ditanam pada akhir 2023 dan dipanen awal 2024 mencakup lahan seluas 3.039 hektare, dengan hasil 9.935 ton gabah kering pungut (GKP).
"Kami minta petani agar terus memperluas angka tanam padi gogo untuk kedaulatan pangan masyarakat," jelas Deni.
Baca Juga: Ini Penyebab Petani Jagung di Kota Sampit Lesu di Tengah Permintaan Tinggi pada Malam Tahun Baru
Suryadi (55), petani asal Cirinten, mengatakan bahwa padi gogo sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Ia menambahkan bahwa gabah atau beras hasil panen biasanya tidak dijual, bahkan saat panen raya.
Saat ini, sebagian besar padi gogo di wilayahnya sudah berusia tiga bulan (ditanam Oktober 2024) dan diperkirakan panen pada Maret 2025. Pertanian padi ini juga sering digabungkan dengan palawija dan sayuran menggunakan sistem tumpang sari.
"Kami tanam padi gogo seluas 5.000 meter bisa menghasilkan 130 ikat padi (geugeus) dan jika dikonversikan beras menjadi 100 kilogram," ungkapnya.
Djaro Oom, Tetua Adat Badui sekaligus Kepala Desa Kanekes, menyebut bahwa masyarakat Badui tidak pernah mengalami kekurangan pangan karena hasil panen padi gogo selalu mencukupi.