Mengenal Lebih Dekat Sosok Tan Malaka, Sosok Bapak Republik yang Menginginkan Merdeka 100 Persen Tanpa Kompromi
- Penulis : Ulil
- Kamis, 02 Januari 2025 10:13 WIB
Kutipan tersebut merupakan elaborasi dari pemikiran seorang Tan yang ingin menjelaskan bahwa hanya sekadar kata-kata tidak akan mampu mengadakan sesuatu.
Sayangnya stigma terhadap Marxisme membuat karya-karya Tan sulit diakses, baru setelah reformasi masyarakat mulai membaca kembali gagasan-gagasannya.
Minat terhadap karya Tan meningkat, tetapi pelarangan di masa lalu menyisakan dampak, terutama dalam literasi sejarah bangsa.
Generasi muda di tanah air hanya diajarkan sejarah dan pemikiran tokoh-tokoh tertentu saja seperti Sukarno dan Hatta, sementara Tan terpinggirkan. Merehabilitasi pemikirannya menjadi tantangan agar sejarah menjadi lebih inklusif.
Padahal menurut studi Dr. Harry Poeze, seorang sejarawan Belanda yang meneliti kiprah Tan Malaka selama lebih dari tiga dekade, menunjukkan betapa luasnya pengaruh Tan di Asia Tenggara.
Dalam bukunya, Tan Malaka: Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia 1925–1945, Poeze menyoroti bagaimana pemikiran Tan tidak hanya menginspirasi gerakan kemerdekaan di Indonesia, tetapi juga di negara-negara seperti Filipina dan Burma.
Melampaui zamannya
Sebagai filsuf dan revolusioner, gagasan Tan melampaui zamannya. Lahir pada 1897 di Sumatera Barat, ia menghabiskan dua dekade di pengasingan sebelum kembali ke Indonesia pada 1942.
Ia bekerja sebagai mandor tambang, memimpin Partai Repoeblik Indonesia, dan terlibat dalam kebijakan nasional. Namun, ia berselisih dengan Sukarno-Hatta karena menolak diplomasi dengan Belanda.
Hubungan Tan dan Sukarno mencerminkan dinamika intelektual yang kompleks. Tan menolak kompromi dengan kolonial, sementara Sukarno cenderung pragmatis.