DECEMBER 9, 2022
Kolom

Mengenal Lebih Dekat Sosok Tan Malaka, Sosok Bapak Republik yang Menginginkan Merdeka 100 Persen Tanpa Kompromi

image
Anggota organisasi kemasyarakatan berziarah ke makam pahlawan nasional Tan Malaka di Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/YU

Kutipan tersebut merupakan elaborasi dari pemikiran seorang Tan yang ingin menjelaskan bahwa hanya sekadar kata-kata tidak akan mampu mengadakan sesuatu.

Sayangnya stigma terhadap Marxisme membuat karya-karya Tan sulit diakses, baru setelah reformasi masyarakat mulai membaca kembali gagasan-gagasannya.

Minat terhadap karya Tan meningkat, tetapi pelarangan di masa lalu menyisakan dampak, terutama dalam literasi sejarah bangsa.

Baca Juga: Puisi Esai: Memilih Tak Menikah Sambil Memelihara Kucing atau Anjing, hingga Kisah Koruptor di Makam Pahlawan

Generasi muda di tanah air hanya diajarkan sejarah dan pemikiran tokoh-tokoh tertentu saja seperti Sukarno dan Hatta, sementara Tan terpinggirkan. Merehabilitasi pemikirannya menjadi tantangan agar sejarah menjadi lebih inklusif.

Padahal menurut studi Dr. Harry Poeze, seorang sejarawan Belanda yang meneliti kiprah Tan Malaka selama lebih dari tiga dekade, menunjukkan betapa luasnya pengaruh Tan di Asia Tenggara.

Dalam bukunya, Tan Malaka: Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia 1925–1945, Poeze menyoroti bagaimana pemikiran Tan tidak hanya menginspirasi gerakan kemerdekaan di Indonesia, tetapi juga di negara-negara seperti Filipina dan Burma.

Baca Juga: Sejarah dan Makna Penting Peringatan Hari Tani Nasional di Indonesia: Sebuah Upaya Menghargai Pahlawan Pangan


Melampaui zamannya

Sebagai filsuf dan revolusioner, gagasan Tan melampaui zamannya. Lahir pada 1897 di Sumatera Barat, ia menghabiskan dua dekade di pengasingan sebelum kembali ke Indonesia pada 1942.

Ia bekerja sebagai mandor tambang, memimpin Partai Repoeblik Indonesia, dan terlibat dalam kebijakan nasional. Namun, ia berselisih dengan Sukarno-Hatta karena menolak diplomasi dengan Belanda.

Baca Juga: Upaya Menjadikan Gus Dur Sebagai Pahlawan Nasional, Cak Imin: Pemulihan Nama Baik Bisa Memberi Kekuatan

Hubungan Tan dan Sukarno mencerminkan dinamika intelektual yang kompleks. Tan menolak kompromi dengan kolonial, sementara Sukarno cenderung pragmatis.

Halaman:
1
2
3
4
Sumber: ANTARA

Berita Terkait