DECEMBER 9, 2022
Nusantara

Daftar 12 Desa di Indonesia yang Diakui UNESCO Berkompeten dalam Menghadapi Bencana Tsunami

image
Proses seremonial dimulainya forum Second UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, 10-14 November 2024. (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)

POLITIKABC.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan bahwa 12 desa di Indonesia telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sebagai bagian dari komunitas global yang berkompeten dalam menghadapi bencana tsunami.

Pada 12 November 2024, Komisi Oseanografi Antarpemerintah (IOC) UNESCO akan menyerahkan sertifikat Tsunami Ready Community kepada 12 desa tersebut dalam acara khusus di Forum Second Global Tsunami Symposium di Banda Aceh, Provinsi Aceh.

Ketua Kelompok Kerja Mitigasi Tsunami untuk Kawasan Samudera Hindia dan Pasifik BMKG, Suci Dewi Anugrah, menyatakan bahwa pengakuan ini merupakan sebuah pencapaian yang membanggakan.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 5,7 di Sumba Timur Jelang Tengah Malam Tidak Berpotensi Tsunami, Dipicu Lempeng Indo-Australia

"Karena menjadikan lebih banyak lagi desa di Indonesia sebagai bagian dari Tsunami Ready Community UNESCO, dalam agenda ini ada 12 desa," katanya saat ditemui di Banda Aceh, Senin 11 November 2024. 

Suci menjelaskan bahwa desa-desa tersebut, di antaranya adalah Desa Pangastulan (Kabupaten Buleleng, Bali) yang menghadapi ancaman tsunami dari Laut Utara Bali, Desa Galala dan Desa Hative Kecil (Kota Ambon, Maluku) yang memiliki sejarah bencana tsunami pada 1950, serta Desa Sidaurip (Cilacap, Jawa Tengah) yang berada di zona megathrust selatan Jawa Tengah.

Selain itu, terdapat empat kelurahan di pesisir Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta, yakni Kelurahan Tirtohargo, Parangtritis, Poncosari, dan Gadingsari.

Baca Juga: Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono: Gempa Besar di Tunjaman Nankai Tak Ada Kaitan dengan Zona Megathrust

Suci yang juga tim verifikator program mengatakan hal ini patut dianggap sebagai prestasi, karena untuk meraih status ini tidaklah mudah, setiap desa tersebut harus memenuhi 12 indikator dalam tiga komponen yang ditetapkan UNESCO, yakni asesmen (penilaian), preparedness (kesiapsiagaan), dan response (respons).

Adapun beberapa indikator penting, di antaranya adalah desa memiliki peta zona rawan tsunami, memiliki inventaris jumlah dan sebaran penduduk di zona bahaya, serta memiliki sarana informasi untuk evakuasi lengkap dengan rambu-rambunya.

Pendampingan yang diberikan secara intensif dari BMKG selaku verifikator bersama dengan para kepala daerah dan berbagai lembaga swasta berkontribusi besar dalam mengantarkan desa hingga bisa meraih prestasi ini.

Baca Juga: Mengunjungi PLTD Apung yang Bertahan dari Amukan Bencana Tsunami di Aceh

Dengan tambahan 12 desa baru, ada 22 desa di Indonesia telah memperoleh pengakuan dari UNESCO. Sebelumnya ada 10 desa Tsunami Ready Community seperti Desa Lamkruet dan Gampong Mon Ikeun, pesisir barat Aceh.

Pengakuan dari UNESCO diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat Indonesia yang tinggal di pesisir dalam menghadapi ancaman tsunami, serta menjadi contoh kompeten bagi masyarakat di seluruh dunia dalam membangun sistem kesiapsiagaan bencana berbasis komunitas.

"Tidak berhenti sampai di sini saja, contoh desa lain termasuk di wilayah Mentawai, Sumatera Barat saat ini sedang dalam proses persiapan untuk memenuhi standar Tsunami Ready Community, yang mencakup pengumpulan dokumen dan pemenuhan infrastruktur yang diperlukan," kata dia.***

Sumber: Antara

Berita Terkait