DECEMBER 9, 2022
International

Pemerintah Amerika Serikat Tegas Menolak Ancaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk Kehancuran Lebanon

image
Sedikitnya 13 orang tewas pada Sabtu 5 Oktober pagi dalam serangkaian pengeboman Israel ke pinggiran selatan Beirut dan Lembah Bekaa di Lebanon timur, serta kota-kota di Lebanon selatan. /ANTARA/Anadolu/py (Anadolu)

POLITIKABC.COM - Pemerintah Amerika Serikat pada Rabu menolak tegas ancaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Lebanon akan mengalami "kehancuran dan penderitaan seperti di Gaza" jika rakyat Lebanon tidak mengusir Hizbullah.

Israel mulai melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon dengan alasan menargetkan Hizbullah sejak 23 September, menewaskan lebih dari 1.323 orang dan melukai hampir 3.700 orang. Israel memulai invasi darat ke negara kecil di Mediterania itu minggu lalu.

Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dari perang lintas perbatasan selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangan brutal Tel Aviv di Jalur Gaza.

Baca Juga: Serangan Udara di Beirut selatan, Israel Mengklaim Telah Membunuh Komandan Senior Hizbullah Lebanon

"Kami tidak dapat dan tidak akan membiarkan Lebanon berubah menjadi Gaza yang lain. Itu bukan yang kami inginkan," kata juru bicara Karine Jean-Pierre kepada wartawan.

"Kesengsaraan di Gaza dan Lebanon semakin mendesak, seperti yang telah kami sampaikan, dalam upaya kami untuk mengakhiri konflik dan membangun landasan bagi perdamaian serta keamanan yang berkelanjutan di wilayah tersebut." demikian lanjutnya.

Jean-Pierre mengatakan penderitaan di Lebanon "dapat dihindari jika Hizbullah menghentikan serangan roketnya ke Israel."

Baca Juga: Israel Menargetkan Membunuh Jurnalis yang Meliput Peristiwa Kekejaman di Palestina

Sebelumnya pada Selasa, Netanyahu mengunggah video berbahas Inggris di X yang mendorong warga Lebanon untuk "membebaskan diri mereka dari Hizbullah" atau memasuki "jurang perang panjang yang akan menyebabkan kehancuran dan penderitaan seperti di Gaza."

Kementerian Luar Negeri AS tidak menjawab langsung pertanyaan terkait apakah ancaman tersebut termasuk terorisme.

Meskipun ada peringatan internasional bahwa kawasan Timur Tengah berada di ambang perang regional di tengah serangan gencar Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Tel Aviv memperluas konflik dengan meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.

Baca Juga: Serangan Militer Israel di Lebanon, Paus Fransiskus Menyerukan Penghormatan untuk Pasukan Perdamaian PBB

Sementara Hizbullah sendiri telah membalas dengan meningkatkan serangan roket secara dramatis terhadap Israel, meluncurkan hampir 200 serangan pada Selasa saja, beberapa di antaranya mengenai target di kota pelabuhan Israel, Haifa. Setidaknya dua warga Israel tewas akibat tembakan roket Hizbullah.

Naim Qassem, orang nomor dua Hizbullah, mengatakan pada Selasa bahwa kemampuan militer kelompok itu "utuh" meskipun Israel melakukan operasi udara besar-besaran, yang telah menewaskan sejumlah pejabat terkemuka, termasuk Sekretaris Jenderal Hassan Nasrallah yang dibunuh di Beirut bulan lalu.

"Kelompok itu terorganisasi dengan ketat. Kami telah mengatasi pukulan-pukulan menyakitkan, dan alternatif-alternatif telah diamankan di semua lokasi tanpa kecuali," tambahnya.***
 

Sumber: Antara

Berita Terkait