DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar: AI Memengaruhi Tetapi Tidak Mengancam Profesi Penulis Keseluruhan

image
Sekretaris Jenderal SATUPENA, Satrio Arismunandar. (Politikabc.com/kiriman)

POLITIKABC.COM –  Kecerdasan buatan, atau artificial intelligence (AI), memang memengaruhi berbagai jenis pekerjaan, termasuk dunia penulisan, namun tidak serta-merta mengancam keseluruhan profesi ini. Pernyataan ini disampaikan Sekretaris Jenderal SATUPENA, Satrio Arismunandar.

Hal ini disampaikan Satrio Arismunandar menanggapi tema diskusi tentang posisi penulis di era AI. Diskusi yang berlangsung secara daring di Jakarta pada malam Kamis, 12 September 2024 ini diselenggarakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA yang dipimpin oleh penulis senior, Denny JA.

Diskusi tersebut, yang mendapat komentar dari Satrio Arismunandar, akan menampilkan Ndoro Kakung sebagai narasumber, seorang praktisi media sosial. Acara ini akan dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Mila Muzakkar.

Baca Juga: Sekjen SATUPENA Satrio Arismunandar: Sebagai IP Licensing Company Balai Pustaka Bisa Hidupkan Lagi Ratusan Cerita Rakyat

Satrio Arismunandar menjelaskan bahwa AI saat ini sudah mampu menghasilkan konten-konten sederhana seperti laporan bisnis, berita olahraga, atau artikel secara cepat. 

Hal ini berpotensi mempengaruhi pekerjaan penulis yang berfokus pada konten standar atau berulang.

Satrio mengakui, dengan adanya alat seperti AI, perusahaan bisa menggunakan teknologi untuk memproduksi konten skala besar tanpa mempekerjakan banyak penulis. 

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Orang yang Berumur Panjang Biasanya Memiliki Jaringan Sosial yang Kuat

Ini dapat mengurangi permintaan untuk jenis konten tertentu.

“Namun ada kekuatan penulis yang sulit digantikan AI,” ujar Satrio. “Karya fiksi, puisi, esai pribadi, dan tulisan yang memerlukan sentuhan emosional atau perspektif manusia yang mendalam, masih sangat bergantung pada kemampuan unik manusia.” 

“AI belum mampu menghasilkan kreativitas dan kedalaman emosional yang sama seperti penulis,” sambungnya.

Baca Juga: Sekjen SATUPENA Satrio Arismunandar: Generalisasi Karakter Bangsa Tidak Selalu Cerminkan Individu

“Penulis juga mencerminkan budaya, pengalaman, dan sudut pandang yang unik, yang sulit direplikasi oleh AI. Tulisan yang memiliki nilai budaya dan personal sangat sulit digantikan oleh mesin,” tutur Satrio.

Satrio menyatakan, “Yang terjadi sekarang adalah kolaborasi antara penulis dan AI. Banyak penulis menggunakan AI sebagai alat bantu untuk mempercepat proses brainstorming, pengeditan, atau penulisan draf awal. Namun, keputusan akhir tetap di tangan penulis manusia.”

“AI juga dapat membantu penulis menghemat waktu dengan otomatisasi tugas-tugas seperti perbaikan tata bahasa, menulis template dasar, atau menghasilkan ide-ide awal,” lanjutnya.

Baca Juga: Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar Sebut Filologi Punya Arti Penting Bagi Penulis Memahami Evolusi Bahasa

Satrio menyimpulkan, AI memang mengubah lanskap profesi penulisan, tetapi lebih sebagai alat bantu daripada ancaman besar. 

“Penulis yang berfokus pada kreativitas, emosi, dan pemikiran kritis akan tetap relevan. Sementara penulis yang mengerjakan konten rutin mungkin perlu menyesuaikan diri dengan tren ini. Adaptasi dan pemanfaatan AI sebagai alat bisa menjadi cara untuk tetap kompetitif,” tegasnya.***

Sumber: SATUPENA

Berita Terkait