DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Sekjen SATUPENA Satrio Arismunandar: Generalisasi Karakter Bangsa Tidak Selalu Cerminkan Individu

image
Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar. (Politikabc.com/kiriman)

POLITIKABC.COM - Setiap bangsa sering kali dikaitkan dengan ciri-ciri karakter tertentu, yang biasanya berkembang dari budaya, sejarah, lingkungan, nilai-nilai, dan tradisi yang mereka anut. Ciri-ciri ini adalah stereotip atau generalisasi. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar.

Satrio Arismunandar menanggapi tema diskusi Wajah Manusia Indonesia Kini, Telaah Ulang Pemikiran Mochtar Lubis. Diskusi daring di Jakarta, Kamis malam, 29 Agustus 2024 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA. 

Tema diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu akan menghadirkan narasumber pengamat kebangsaan Manuel Kaisiepo. Diskusi itu dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Milastri Muzakkar.

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Mengagungkan Gelar Akademik hingga Jabatan Guru Besar adalah Indikasi Feodalisme Baru

Satrio Arismunandar mengungkapkan, stereotip atau generalisasi karakter untuk tiap bangsa itu tidak selalu mencerminkan karakter setiap individu dalam bangsa tersebut. 

“Namun, mereka dapat memberikan wawasan tentang bagaimana suatu kelompok masyarakat memahami dirinya dan bagaimana mereka mungkin dilihat oleh orang lain,” ujar Satrio.

Menurut Satrio, nilai-nilai, norma, dan kebiasaan yang dianut oleh suatu bangsa sangat mempengaruhi karakter kolektif mereka. 

Baca Juga: Sekjen SATUPENA Satrio Arismunandar: Sebagai IP Licensing Company Balai Pustaka Bisa Hidupkan Lagi Ratusan Cerita Rakyat

Misalnya, budaya Jepang sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seperti honor (kehormatan), respect (penghormatan), dan group harmony (keselarasan kelompok), yang mencerminkan pentingnya komunitas dan keharmonisan sosial dalam masyarakat Jepang.
  
“Contoh lain, bangsa Jerman sering diasosiasikan dengan disiplin, efisiensi, dan kerja keras, yang dipengaruhi oleh tradisi industri dan pendidikan mereka,” lanjut Satrio.

Ditambahkan oleh Satrio, sejarah suatu bangsa, termasuk perjuangan mereka, kolonialisasi, atau perang, dapat membentuk karakter nasional. Bangsa-bangsa yang telah mengalami masa-masa sulit sering kali dianggap memiliki sifat ketangguhan atau kebanggaan nasional yang kuat.

“Contohnya, bangsa Amerika Serikat sering diasosiasikan dengan individualisme dan kebebasan, yang sebagian besar berasal dari sejarah kemerdekaan dan penekanan mereka pada hak-hak individu,” tutur Satrio.

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Orang yang Berumur Panjang Biasanya Memiliki Jaringan Sosial yang Kuat

Selain itu, lanjut Satrio, kondisi geografis dan lingkungan fisik suatu negara juga dapat mempengaruhi karakter nasional. Negara-negara dengan iklim keras atau kondisi alam yang sulit sering kali memiliki populasi yang dikenal dengan daya tahan dan ketahanan.

“Contohnya adalah orang dari negara-negara Nordik seperti Swedia dan Norwegia sering dianggap pragmatis dan kuat, yang mungkin dipengaruhi oleh iklim dingin dan lingkungan yang menantang,” jelasnya.

“Meskipun ciri-ciri karakter nasional dapat memberikan wawasan tentang suatu bangsa, penting untuk tetap melihat orang sebagai individu dengan identitas dan kepribadian unik mereka sendiri,” Satrio menyimpulkan.***

Sumber: SATUPENA

Berita Terkait