Badan Keamanan Laut Jemput Para Nelayan yang Terjebak di Kawasan Malaysia akibat Mesin Rusak
- Penulis : Ulil
- Senin, 12 Agustus 2024 08:20 WIB

POLITKABC.COM - Para pemangku kepentingan dan beberapa media dari Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau berangkat dari Dermaga Paslabuh TNI AL di Selat Lampa menuju ke perbatasan Indonesia-Malaysia, di perairan Tanjung Datu menggunakan Kapal Negara (KN) Tanjung Datu 301.
Kapal berangkat sekitar pukul 14.30 WIB. Meski disambut dengan cuaca mendung, namun wajah ceria tetap terpancar dari wajah para penumpang KN Tanjung Datu. Pelayaran dilakukan dengan misi kemanusiaan, yakni untuk menjemput delapan nelayan wilayah setempat yang ditahan oleh otoritas Malaysia pada April 2024, diduga karena memasuki wilayah mereka.
KN Tanjung Datu 301 merupakan kapal patroli milik Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI. Kapal dengan panjang 110 meter ini sebagai transportasi untuk menjemput para nelayan.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna sengaja meminta bantuan Bakamla, sebab yang akan dijemput bukan hanya nelayan, melainkan lengkap dengan kapal atau pompongnya yang turut dilepaskan otoritas Malaysia.
Jumlah pompong yang dijemput sebanyak tiga unit dengan kapasitas lima grosstone (GT). Pompong-pompong ini tidak bisa dioperasikan sebab mengalami kerusakan mesin, akibat tiga bulan tidak dioperasikan.
Setelah mengarungi lautan selama 17 jam, KN Tanjung Datu tiba dititik penjemputan. Dari kejauhan terlihat satu buah kapal kayu besar mendekat dengan menarik tiga unit kapal kecil.
Baca Juga: Nasib 15 Nelayan asal Merauke yang Melaut hingga Australia: Menunggu Kabar dari KJRI di Darwin
Ketiga kapal itu merupakan kapal nelayan beserta nelayan di dalamnya. Mereka sengaja berada di atas kapalnya guna menjaga kemudi agar kapal bergerak mengikuti kapal penarik.
Pemeriksaan kesehatan
Setelah berada dekat KN Tanjung Datu, personel Bakamla dengan sigap menurunkan sekoci guna menjemput nelayan untuk di bawa ke KN Tanjung Datu. Tujuannya untuk memeriksa kesehatan para nelayan.
Baca Juga: Buat Nelayan, Waspada Potensi Gelombang Tinggi di kawasan Samudera Hindia hingga 2,5 Meter
Sebelumnya, personel Bakamla berkomunikasi terlebih dahulu dengan otoritas Malaysia yang berada di atas kapal penarik, guna meminta izin.