DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Membaca Peluang Investasi pada Sebuah Tas Brand Luxury

image
Tas "branded" bekas. (ANTARA News/dokumentasi Anthy Meliasari)

Ambil contoh Hermès Birkin, salah satu tas paling eksklusif di dunia. Dibuat dengan material terbaik dan pengerjaan tangan yang teliti, Birkin bukan hanya tas, tetapi sebuah fenomena.

Kelangkaannya yang disengaja, dengan daftar tunggu yang panjang dan jumlah produksi terbatas, membuatnya menjadi barang yang lebih bernilai daripada emas dalam beberapa kasus.

Sebuah laporan dari Baghunter pada 2016 menunjukkan bahwa harga Birkin naik rata-rata 14,2 persen per tahun selama beberapa dekade terakhir, jauh melampaui return emas dan S&P 500.

Baca Juga: Country Director Meta Indonesia, Sebut Aplikasi WhatsApp Jadi Pilihan Utama Masyarakat Berinteraksi Urusan Bisnis

Dengan kata lain, seorang kolektor yang membeli Birkin dengan harga retail bisa melihat nilai tasnya melonjak dalam waktu singkat, terutama untuk model-model yang lebih langka.


Ada hierarki

Tentu saja, tidak semua barang branded memiliki nilai investasi yang sama. Pasar luxury goods memiliki hierarkinya sendiri, di mana beberapa merek terus mempertahankan atau bahkan meningkatkan nilainya, sementara yang lain merosot drastis.

Baca Juga: Orasi Denny JA: Bisnis Hidup Sehat secara Holistik Melonjak

Chanel, misalnya, secara konsisten menaikkan harga tas klasik mereka seperti Flap Bag setiap tahun.

Strategi ini secara tidak langsung membuat pasar sekunder untuk tas-tas Chanel tetap kuat, karena orang-orang lebih memilih membeli produk preloved (barang tangan kedua) dengan harga lebih kompetitif daripada membeli yang baru dengan harga yang terus melonjak.

Phoebe Chamier, manajer investasi senior di Brooks Macdonald, kepada Luxurylondon menjelaskan bahwa jika seorang investor potensial sudah memiliki portofolio yang seimbang, tas mewah bisa menjadi opsi investasi alternatif yang cerdas.

Baca Juga: Google Mengenalkan Layanan Baru NotebookLM Plus, Versi Canggih yang Mendukung Bisnis, Begini Cara Kerjanya

Menurutnya, hal ini karena investasi alternatif seperti tas, anggur, kapal pesiar, dan seni berperilaku berbeda dibandingkan dengan investasi tradisional.

Halaman:
1
2
3
4
Sumber: ANTARA

Berita Terkait