DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Tjokroaminoto di Usia Senja

image
Puisi Esai Denny JA: Tjokroaminoto di Usia Senja. (Politikabc.com/kiriman Denny JA)

POLITIKABC.COM – Surabaya, 1934. Rumah tua, bisu saksi gemuruh masa lalu, kini hanya sunyi bersemayam. Tjokroaminoto duduk sendiri, merenungi api yang pernah ia sulut, kini tinggal bara dalam ingatan. (1)

-000-

Malam merayap di Surabaya, menyelimuti rumah tua,
tempat dulu suara-suara muda menggelegar.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Derita Rakyat Akibat Rusaknya Lingkungan Hidup di Dalam Puisi Esai

Kini, hanya hening yang menyapa,
bayang kenangan menari di dinding waktu.

Di sudut ruang,
Tjokroaminoto duduk,
sang Guru Bangsa,
api pertama di negeri terjajah,
menatap sunyi yang memeluk.

Rasa sepi kini sering mengujunginya.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Anak Palestina Itu Menulis Surat untuk Ibunya yang Hilang

Syarif, asistennya yang setia,
selalu menemani.
Lagi dan lagi, ia mendengar hal yang sama.

Tjokro bercerita soal
petani, buruh, kaum terpelajar,
suara-suara yang ia satukan dalam tekad.

“Coba dengar, Syarif,”
ujar Tjokro,
dinding rumah tua kita masih menyimpan gema suara petani:

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Mereka yang Mulai Teriak Merdeka dan Lahirlah Budi Utomo

“Sawah kami,
dulu bukan hijau,
tapi ladang duka,
air mata bersemi.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait