DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Mereka yang Mulai Teriak Merdeka dan Lahirlah Budi Utomo

image
Puisi Esai Denny JA tentang Mereka yang Mulai Teriak Merdeka dan Lahirlah Budi Utomo. (Politikabc.com/Kiriman Denny JA)

Ia tahu, langkahnya bisa berujung tiang gantung,
namun hatinya adalah tambang api,
membakar dirinya perlahan,
hingga kemerdekaan lahir
atau dirinya hangus.

Batavia, 1908—di bawah langit berdebu,
gedung-gedung kolonial menjulang angkuh,
Dr. Soetomo sekali lagi merenung.

“Aku, dokter bagi mereka yang tak bersuara,
bagi mereka yang terluka di negeri sendiri.”

Baca Juga: Orasi Denny JA: Pentingnya Mengawinkan Isu Sosial dan Puisi

Hari itu, ia memilih jalan yang sulit,
jalan ketika hati dan nurani bersatu,
jalan tempat pengabdian lebih berharga daripada hidup nyaman.

“Aku dokter, tak hanya sembuhkan raga pasien,
tapi pulihkan pula bangsaku yang sakit, yang terjajah.”

Batavia menyaksikan perjalanan hidupnya.
Ia mengukir sejarah.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London

Ia tak ingin menjadi batu di pilar kolonial, melainkan tetesan embun yang diam-diam menyuburkan tanah bangsa,
yang menghidupkan pagi.

Lalu berdirilah Budi Utomo.
Badan pertama kaum terpelajar pribumi.
1.200 anggotanya menyalakan lilin,
di tengah gelap penjajahan.

Sejarah baru mulai ditulis.
Jalan menuju merdeka, dimulai.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Sebagai Imigran, Ia Masih Luka

Darta menjadi saksi.
Kobaran besar yang dinyalakan seorang dokter muda, Dokter Soetomo.*

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait