Catatan Denny JA: Membawa Spirit para Sufi ke Era Artificial Intelligence
- Penulis : Ulil
- Kamis, 19 Desember 2024 08:58 WIB
Dalam tradisi lain, Bhagavad Gita juga mengajarkan bahwa Cinta Universal adalah Bentuk Tertinggi Dharma.
Bhagavad Gita menempatkan cinta universal sebagai inti dari dharma—kewajiban moral dan spiritual yang menjadi pedoman hidup.
Dalam kitab suci ini, Krishna mengajarkan bahwa manusia mencapai kebebasan sejati melalui pelayanan tanpa pamrih kepada semua makhluk hidup. Cinta universal bukan hanya emosi, tetapi jalan hidup yang melampaui ego dan kepentingan pribadi.
Dalam konteks modern, pesan ini mengajarkan kita untuk melampaui batas-batas sosial, agama, dan nasionalisme.
Cinta universal adalah pengakuan bahwa semua kehidupan saling terkait. Ketika seseorang mencintai tanpa diskriminasi, ia tidak hanya menjalankan dharma, tetapi juga menciptakan harmoni dengan alam semesta.
Dunia yang semakin global membutuhkan cinta universal ini. Ketika manusia menghadapi tantangan seperti krisis iklim, ketimpangan sosial, dan konflik lintas budaya, ajaran Gita menjadi panduan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika 221 Penulis Bersaksi soal Pemilu dan Demokrasi di Indonesia, Tahun 2024
Melalui cinta tanpa pamrih, kita belajar untuk melayani orang lain, menjaga keseimbangan alam, dan hidup dalam harmoni dengan seluruh ciptaan.
Juga hal sama diajarkan dalam Karuna (Welas Asih) dalam Buddhisme: Empati Sebagai Jalan Pencerahan.
Karuna, atau welas asih, adalah inti ajaran Buddha. Ia bukan sekadar rasa kasihan terhadap penderitaan orang lain, tetapi dorongan aktif untuk meringankan penderitaan tersebut.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Retreat para Penulis untuk Kemerdekaan
Welas asih adalah bentuk tertinggi dari empati, karena melibatkan pemahaman mendalam terhadap kondisi orang lain dan tindakan nyata untuk membantu mereka.