DECEMBER 9, 2022
Nusantara

Duh! Ketebalan Es di Pegunungan Jayawijaya Terus Menyusut Drastis, Begini Pengamatan BMKG

image
Staf Bidang Standardisasi Instrumen Meteorologi BMKG Wido Hanggoro dan Environmental PT. Freeport Indonesia Yohanes Kaize melakukan pengukuran ketebalan gletser di Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah. ANTARA/HO-BMKG

POLITIKABC.COM - Ketebalan es di Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah, terus menyusut secara drastis.

Bahkan berdasarkan pengamatan tim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saat ini, ketebalan es di Pegunungan Jayawijaya diperkirakan tersisa hanya setebal empat meter.

Koordinator Bidang Standardisasi Instrumen Klimatologi BMKG Donaldi Sukma Permana mengatakan ketebalan es yang diperkirakan hanya tinggal empat meter itu didapatkan berdasarkan pengukuran terhadap tongkat/stake ukur yang ditanam di Puncak Sudirman Pegunungan Jayawijaya.

Baca Juga: Curah Hujan Meningkat, BMKG Ingatkan Potensi Banjir Lahar dari Gunung Lewotobi Laki-Laki 

“Terakhir ada 14 stake yang sudah tersingkap artinya ketebalan gletser diperkirakan tinggal empat meter,” kata dia.

Ketebalan es tersebut sudah menyusut signifikan dibandingkan hasil pengukuran BMKG sebelumnya yaitu 32 meter pada tahun 2010, dan 5,6 meter pada medio November 2015- Mei 2016. 

“Hal ini juga disebabkan oleh El Nino kuat yang terjadi pada saat itu,” katanya.

Baca Juga: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Sebut Sampah dari Aktivitas Pendakian Sejak April-Oktober Capai 31 Ton Lebih

Selain itu, ia menjelaskan bahwa hasil survei yang dilakukan pada bulan November 2024 menunjukkan penurunan luas permukaan es sangat drastis di Puncak Sudirman. Luas es menyusut menjadi 0,11 – 0,16 kilometer persegi dari sebelumnya pada tahun 2022 luas es tercatat sekitar 0,23 kilometer persegi.

Penipisan ketebalan es dan dinamika cuaca menjadi tantangan tersendiri bagi tim survei gabungan antara BMKG bersama dengan PT. Freeport Indonesia dalam melakukan pengukuran es pada puncak tertinggi ke tujuh di dunia itu.

Tim tersebut sebelumnya dalam survei yang mulai intens dilakukan sejak 2010 ini bisa leluasa melakukan pengukuran dengan cara traking atau terbang menggunakan helikopter dan mendarat permukaan es, namun sejak tahun 2017 mereka mengandalkan analisa gambar visual dan pengamatan keberadaan stake untuk mengukur ketebalan es.

Baca Juga: Gunung Ibu Kembali Erupsi, Warga Diimbau Tidak Beraktivitas di Radius 5 Kilometer dari Kawah Aktif

“Tetapi survei ini akan terus kami lakukan untuk mendokumentasikan es di Papua yang sudah dalam tahap yang sulit untuk mempertahankannya lagi,” kata dia.

Halaman:
1
2
Sumber: Antara

Berita Terkait