DECEMBER 9, 2022
International

Desak Pengurangan Bahan Bakar Fosil, PBB Sebut Negara di Kepulauan Pasifik Hadapi Ancaman Kenaikan Permukaan Laut

image
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres memberikan peringatan tentang ancaman serius yang dihadapi oleh negara-negara kepulauan Pasifik/ANTARA/Anadolu/PY

POLITIKABC.COM -  Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memberikan peringatan tentang ancaman serius yang dihadapi oleh negara-negara kepulauan Pasifik akibat kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh perubahan iklim. Ia mendesak komunitas internasional untuk segera mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Dalam pidatonya kepada para pemimpin Kepulauan Pasifik di Nuku'alofa, ibu kota Tonga, Guterres menyoroti bahaya yang ditimbulkan oleh kenaikan permukaan laut.

“Ini adalah situasi yang gila: kenaikan permukaan laut adalah krisis yang sepenuhnya disebabkan oleh ulah manusia. Sebuah krisis yang akan segera membesar hingga skala yang hampir tak terbayangkan, tanpa ada kapal penyelamat yang bisa membawa kita kembali ke tempat aman,” tegas Guterres, Selasa 27 Agustus 2024. 

Baca Juga: Ancaman Kenaikan Suhu Global, Sekjend PBB Antonio Guterres Desak Komunitas Internasional Ambil Langkah Pencegahan

“Tetapi jika kita menyelamatkan Pasifik, kita juga menyelamatkan diri kita sendiri. Dunia harus bertindak dan merespons sinyal bahaya sebelum terlambat,” tambahnya.

Menyoroti bahwa rata-rata kenaikan permukaan laut global terjadi pada tingkat yang belum pernah terjadi dalam 3.000 tahun terakhir, Guterres menyatakan, "Lautan meluap, dan konsekuensinya sangatlah buruk."

“Alasannya jelas: gas rumah kaca, yang sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, sedang memanggang planet kita. Dan laut secara harfiah menahan panasnya,” katanya.

Baca Juga: Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres Mengutuk Serangan Udara Israel di Wilayah Zona Kemanusiaan Jalur Gaza

‘Kepulauan Pasifik dalam Bahaya Besar’

Guterres menunjuk pada temuan yang mengkhawatirkan dari dua laporan PBB yang baru dirilis: laporan Organisasi Meteorologi Dunia "State of the Climate in the South West Pacific," dan laporan Tim Aksi Iklim PBB "Surging Seas in a Warming World."

Kedua laporan tersebut menekankan bahwa “perubahan pada lautan semakin cepat, dengan dampak yang menghancurkan.”

Baca Juga: PBB Ungkap Hampir 500 Ribu Orang Tewas akibat Cuaca Panas yang Terus Meningkat

Dia juga mengatakan bahwa laporan tersebut mengonfirmasi bahwa “kenaikan relatif permukaan laut di Pasifik Barat Daya bahkan lebih tinggi daripada rata-rata global, di beberapa lokasi, meningkat lebih dari dua kali lipat dari kenaikan global dalam 30 tahun terakhir.”

Sekjen PBB mengatakan bahwa Kepulauan Pasifik "sangat rentan" karena ketinggian rata-rata daratan hanya satu hingga dua meter di atas permukaan laut, dan "sekitar 90 persen penduduk tinggal dalam jarak 5 kilometer dari pantai, serta setengah dari infrastruktur berada dalam jarak 500 meter dari laut."

“Tanpa pengurangan emisi yang drastis, Kepulauan Pasifik dapat mengalami kenaikan permukaan laut tambahan setidaknya 15 sentimeter pada pertengahan abad ini, dan lebih dari 30 hari banjir pesisir per tahun di beberapa tempat,” tambah Guterres.

Seruan untuk Tindakan Global

Ia menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk segera mengambil tindakan, mendesak mereka untuk secara drastis mengurangi emisi, menghapus bahan bakar fosil, dan meningkatkan investasi dalam adaptasi iklim.

“Hanya dengan membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius kita memiliki peluang untuk mencegah keruntuhan yang tak terhindarkan dari lapisan es Greenland dan Antartika Barat,” katanya.

Guterres juga menyatakan kekecewaannya atas kurangnya tindakan dari negara-negara G20, yang menurutnya bertanggung jawab atas 80 persen emisi.

“Kita sangat membutuhkan semua negara G20 untuk bersatu, menggunakan teknologi terbaik yang tersedia dalam G20, memanfaatkan sumber daya keuangan yang ada di G20 dan di lembaga pembangunan multilateral, serta melakukan tindakan global bersama untuk secara drastis mengurangi emisi hingga 2030.”

“Jika hal itu tidak terjadi, kita akan berada dalam situasi yang tak dapat dibalikkan dengan konsekuensi yang benar-benar menghancurkan,” ia memperingatkan.***

Sumber: Antara

Berita Terkait