DECEMBER 9, 2022
Humaniora

PBB Ungkap Hampir 500 Ribu Orang Tewas akibat Cuaca Panas yang Terus Meningkat

image
Ilustrasi cuaca panas. PBB mengungkap jumlah korban akibat cuaca panas sudah hampir 500 ribu orang. (ANTARA/HO)

POLITIKABC.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, mengungkap jumlah korban akibat cuaca panas sudah hampir 500 ribu orang. 

Untuk itu, PBB menyampaikan bahaya cuaca panas yang semakin meningkat bagi dunia.

"Cuaca panas diperkirakan membunuh hampir setengah juta orang per tahun, sekitar 30 kali lebih banyak dari pada siklon tropis," kata Guterres kepada wartawan, dikutip Jumat 26 Juli 2024. 

Baca Juga: Prediksi BMKG, Cuaca di Wilayah Indonesia Hari Ini Sebagian Besar Berpotensi Hujan Deras

"Kita tahu apa yang mendorongnya -- perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan bahan bakar fosil. Dan kita tahu itu akan menjadi lebih buruk," katanya lagi.

Panas ekstrem adalah "ketidaknormalan baru," katanya. "Tetapi kabar baiknya adalah kita dapat menyelamatkan nyawa dan membatasi dampaknya."
Guterres menekankan bahwa panas ekstrem semakin menghancurkan ekonomi, memperlebar kesenjangan, melemahkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB dan membunuh korban.

Karena itu, Sekjen PBB tersebut mengatakan bahwa dia meluncurkan tuntutan global dengan empat area fokus – merawat yang paling rentan, meningkatkan perlindungan bagi pekerja, meningkatkan ketahanan ekonomi dan masyarakat dengan menggunakan data dan sains.

Baca Juga: BPBD Peringatkan Masyarakat di Belitung agar Mewaspadai Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan akibat Cuaca Panas

Guterres menegaskan bahwa poin utamanya yaitu fokus komunitas internasional sekarang adalah dampak panas ekstrem.

"Namun, jangan lupa bahwa masih banyak lagi gejala krisis iklim yang menghancurkan: Badai yang semakin dahsyat, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, naiknya permukaan air laut -- dan masih banyak lagi," kata Guterres.

Untuk mengatasi gejala-gejala tersebut, dia berkata: "Kita perlu melawan penyakit. Penyakit itu adalah kegilaan yang membakar satu-satunya rumah kita. Penyakit itu adalah kecanduan bahan bakar fosil. Penyakit itu adalah tidak adanya tindakan untuk mengatasi perubahan iklim."

Baca Juga: Prediksi BMKG, Ini Daftar Wilayah di Maluku Utara yang Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem dalam Sepekan

Dia mengatakan G20 harus mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan mendukung negara-negara dan masyarakat yang rentan.

"Pesannya jelas: Panas sedang terjadi. Panas ekstrem berdampak ekstrem pada manusia dan planet ini. Dunia harus bangkit menghadapi tantangan kenaikan suhu," tambahnya.***

Sumber: Antara

Berita Terkait