DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Agama Leluhur yang Tersingkir di Negerinya Sendiri

image
Catatan Denny JA: Agama Leluhur yang Tersingkir di Negerinya Sendiri. (Politikabc.com/kiriman)

Akibatnya, mereka menghadapi kesulitan dalam mengakses layanan publik, pendidikan, dan pekerjaan.

Melalui dialog antara Irena dan Yopi, puisi ini menggambarkan dilema yang dihadapi oleh penganut kepercayaan Naurus.

Mereka dipaksa menyesuaikan diri dengan agama yang diakui pemerintah demi mendapatkan hak-hak dasar. Hal ini mencerminkan kurangnya pengakuan dan penghormatan terhadap kepercayaan lokal yang seharusnya dilindungi sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Spiritualitas di Era Artificial Intelligence

Puisi ini juga menyoroti dampak psikologis dan identitas yang dialami oleh individu seperti Irena. Ia terpaksa menyembunyikan atau mengubah identitas kepercayaannya demi memenuhi tuntutan administratif.

Mereka juga menghadapi konflik batin antara menjaga warisan leluhur dan memenuhi persyaratan sosial.

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Forum Esoterika dan Enam Prinsip Emas Spiritualitas di Era Artificial Intelligence

Puisi esai Ahmad Gaus lain berjudul “Secangkir Teh yang Tumpah di Kaki Cenning.” Puisi ini mengisahkan pertemuan antara Uleng dan Cenning, yang membuka tabir sejarah diskriminasi terhadap penganut agama To Lotang di Sulawesi Selatan.

Melalui dialog mereka, puisi ini menyoroti keteguhan komunitas To Lotang. Itu terlihat dari daya tahan mereka mempertahankan kepercayaan leluhur meski menghadapi persekusi selama berabad-abad.

“Kakeknya dibunuh oleh pasukan pemberontak Islam pada tahun ’65
Karena dianggap kafir.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Kutukan yang Diwariskan Turun Temurun

Tidak cukup sampai di situ,
Di masa awal pemerintahan Orde Baru
Para pemeluk agama To Lotang diburu
Dianiaya, dibunuh karena dianggap PKI.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Berita Terkait