DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Agama Leluhur yang Tersingkir di Negerinya Sendiri

image
Catatan Denny JA: Agama Leluhur yang Tersingkir di Negerinya Sendiri. (Politikabc.com/kiriman)

Itu semua dilakukan dengan niat yang suci: menjaga kemurnian ajaran Tuhan, yang maha mengasih dan penyayang.

-000-

Voltaire menggunakan satire ini untuk mengkritik keyakinan bahwa penderitaan manusia lebih mengerikan dibandingkan bencana alam, seperti gempa bumi Lisbon tahun 1755.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Spiritualitas di Era Artificial Intelligence

Ditulis pada tahun 1759, Candide lahir dalam konteks Zaman Pencerahan. Saat itu, rasionalitas dan skeptisisme terhadap otoritas tradisional, termasuk gereja, mulai berkembang.

Voltaire, sebagai salah satu tokoh utama gerakan ini, menggunakan karyanya untuk mengecam kebrutalan yang dilakukan atas nama agama. Ia menyoroti absurditas tindakan tersebut sebagai “bencana yang dibuat manusia lebih sadis dibandingkan bencana alam.”

Voltaire berada di barisan terdepan, berteriak perlunya toleransi, kebebasan berpikir, dan pemisahan antara gereja dan negara.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Forum Esoterika dan Enam Prinsip Emas Spiritualitas di Era Artificial Intelligence

Relevansi kritik Voltaire tetap terasa hingga kini. Ia mengingatkan kita akan bahaya fanatisme dan dogma yang membutakan, serta pentingnya pendekatan rasional dan humanis dalam menghadapi keberagaman.

-000-

Renungan Voltaire ini yang saya ingat ketika membaca 15 puisi esai Ahmad Gaus dalam kumpulan “Mereka Yang Tersingkir di Negerinya Sendiri.”

Baca Juga: Catatan Denny JA: Kutukan yang Diwariskan Turun Temurun

Ahmad Gaus hidup sekitar 300 tahun setelah era Voltaire. Kini sudah tumbuh kultur Hak Asasi Manusia. Perbedaan agama di dunia modern dihadapi secara rileks saja.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Berita Terkait