Puisi Esai Denny JA: Ambillah Ginjal Ibu, Anakku
- Penulis : Ulil
- Minggu, 22 Desember 2024 16:25 WIB
Ketika mereka masuk ke ruang operasi,
doa-doa disemai menjadi aliran sungai,
mengalir di hati semua orang.
Waktu berhenti,
Daun tertahan di udara,
menunggu angin menjatuhkannya.
Jam dinding berdetak,
menjadi palu takdir yang menghitung masa depan.
selamat atau mati.
Baca Juga: Pesan Denny JA dalam Pembukaan Festival Puisi Esai: Penting Memadukan Isu Sosial dan Puisi
Ketika Mila bangun,
ia merasa sesuatu yang berbeda.
Tubuhnya lebih ringan,
napasnya lebih lapang.
Ia menangis.
“Ibu, aku bisa hidup lagi.”
Kartini tersenyum dari ranjang sebelah.
Wajahnya pucat, tubuhnya lemah,
tapi di matanya ada cahaya.
“Ibu melahirkanku kedua kali.
Sekali dari rahimmu
dan sekali lagi dari ginjalmu.”
Baca Juga: Denny JA Sampaikan Masa Depan Puisi Esai dan Refleksi tentang Musik Jazz
Kini, Mila berjalan di taman,
menatap langit biru tanpa rasa takut.
Kartini duduk di bangku,
menyaksikan anaknya dengan takjub, walau ginjalnya tinggal separuh.
Kasih ibu lautan tanpa tepi.
Ia terus mengalirkan gelombang ke pantai,
bahkan ketika pasir mencoba menjauh.
Dan Mila adalah kapal kecil,
yang ia jaga agar tak pernah karam,
meski badai terus datang.***
Baca Juga: Angkatan Puisi Esai, Sebuah Angkatan Sastra Sui Generis
Jakarta, 2024