DECEMBER 9, 2022
News

Laporan WWF Sampaikan Populasi Satwa Liar Secara Global Menurun hingga 73 Persen Sepanjang Tahun 1970-2020

image
CEO WWF-Indonesia Aditya Bayunanda ketika memberikan paparan mengenai laporan Living Planet Report 2024 yang dikeluarkan WWF di Jakarta/ANTARA/Prisca Triferna

POLITIKABC.COM - Laporan Living Planet Report 2024 yang dikeluarkan World Wide Fund for Nature (WWF) menyebut bahwa populasi satwa liar global mengalami penurunan sebesar 73 persen dalam periode 1970-2020, dan dapat menjadi indikator kondisi lingkungan, termasuk di Indonesia.

Dalam diskusi di Jakarta, CEO WWF-Indonesia Aditya Bayunanda menjelaskan laporan tersebut merupakan hasil kerja sama WWF dengan Zoological Society of London (ZSL) dengan memantau 5.579 spesies vertebrata di 41.986 kantong populasi di seluruh dunia.

Sejak 1970 sampai 2020, katanya, telah terjadi penurunan populasi sebesar 73 persen dari semua kantong populasi yang dilihat. 

Baca Juga: Respons Husein Muhammad atas Esai Denny JA Soal Kurban Hewan di Era Animal Rights: Simbol Solidaritas Sosial

"Ini average, memang ada yang naik, ada juga yang stabil, tapi secara garis besar itu semuanya turun," katanya, Rabu 20 November 2024.

"Yang harus saya tekankan di sini, penurunan populasi ini in itself tentu saja penting. Tapi, ini adalah bagian dari indikator dari kesehatan planet kita, salah satu indikator dari kesehatan planet kita," tambahnya.

Dia memaparkan bahwa penurunan populasi paling besar adalah jenis spesies satwa air tawar yang mengalami penurunan 85 persen dalam 50 tahun terakhir. Diikuti satwa terestrial 69 persen dan satwa laut 56 persen.

Baca Juga: Respons Albertus M. Patty atas Esai Denny JA, Pergulatan Reinterpretasi: Ritual Pengurbanan Hewan pada Idul Adha

Berdasarkan pembagian wilayah, penurunan populasi satwa liar paling tinggi terjadi di Amerika Latin dan Karibia sebesar 95 persen, Afrika 76 persen, Asia dan Pasifik 60 persen, Amerika Utara 39 persen, serta Eropa dan Asia Tengah turun 35 persen.

Penurunan drastis populasi spesies air tawar, ujarnya, berkaitan dengan pengembangan infrastruktur, salah satunya menyebabkan polusi di ekosistem satwa liar tersebut dan kehilangan habitat (habitat loss).

"Habitat loss ini saya pikir juga merupakan suatu persoalan yang dihadapi di Indonesia, dimana habitat di Indonesia semakin trafragmentasi dan juga masih banyak konteks pengembangan atau konversinya," tuturnya.

Baca Juga: Ahmadie Thaha Menanggapi Tulisan Denny JA: Memperluas Tafsir Kurban Hewan, Tak Sebatas Bahimatul An'am

Selain itu, terdapat faktor eksploitasi berlebihan di berbagai sektor serta dampak dari perubahan iklim terhadap beberapa spesies tertentu.***

Sumber: Antara

Berita Terkait