DECEMBER 9, 2022
Kolom

Respons Husein Muhammad atas Esai Denny JA Soal Kurban Hewan di Era Animal Rights: Simbol Solidaritas Sosial

image
Husein Muhammad merespons esai Denny JA tentang hewan kurban. (Politikabc.com/kiriman)

Oleh: Husein Muhammad

POLITIKABC.COM - Seorang teman lama saya yang baik, Anick HT, mengirimi saya, via WA, sebuah tulisan seorang intelektual, penulis, sastrawan, spiritualis dan kritikus terkemuka Indonesia, Denny JA. Judul tulisan itu menarik hati, "Akan Menguatkah: Tafsir yang Tak Lagi Harus Hewan Dijadikan Kurban Ritus Agama".

Denny tampaknya terkesima dan tergoda sekaligus ingin merespons sebuah tulisan yang amat provokatif dari seorang jurnalis, Shahid Ali Muttaqi, berjudul "An Islamic Perspective Against Animal Sacrifice". Intinya, Muttaqi berharap kurban sebagai bagian dari tradisi ritual haji tidak hanya hewan, melainkan bisa diganti dengan yang lain.

Baca Juga: Denny JA Sampaikan Tiga Alasan Utama Kreator yang Menggunakan AI untuk Karya Seni akan Semakin Dominan

Saya lalu membacanya. Saya senang. Ini isu yang sesungguhnya sudah lama tersimpan dalam pikiran saya dan ingin membincangkannya saban datang Bulan Haji, sebagaimana membincang masalah zakat. Saya dengan segera menulis respons atas problem ini. Semoga bermanfaat.

Prosesi terakhir haji adalah Qurban. Ini sesungguhnya ritual tambahan dan anjuran kepada jemaah haji, kecuali jika dia melanggar kewajiban dalam haji. Ia didenda. Dalam bahasa fikih disebut "dam". Kata ini bermakna "darah".

Kata "Qurban", secara harfiah awal ia berarti dekat atau mendekatkan diri. Dalam Haji ia berarti mendekatkan diri kepada Allah, melalui penyembelihan ternak. Sebutan lain adalah "udh-hiyah" yang berarti, penyembelihan ternak.

Baca Juga: Denny JA Terima Penghargaan International Lifetime Achievement Award 2024, Masuk 200 Tokoh Berpengaruh di Dunia

Tujuan utama ritual ini agar orang menjadi dekat dengan Tuhan. Atau dalam bahasa populer disebut taqwa. Al-Qur’an menyebutkan:

‎لَنْ يَنَالَ اللهَ لحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ. كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah mengaturnya supaya kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya dan agar kamu bersyukur. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S.Al-Hajj, [22]: 36).

Baca Juga: Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA

Saya ingin menyampaikan bahwa makna genuin dari kata "taqwa" adalah pengendalian potensi-potensi kemanusiaan yang ada dalam diri manusia, dengan melaksanakan kebaikan sosial dan menghindari keburukan sosial.

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait