Catatan Denny JA: Jokowi dan Prabowo, Hubungan Unik dalam Politik Indonesia
- Penulis : Ulil
- Senin, 21 Oktober 2024 11:41 WIB

Kerusuhan ini dipicu oleh ketidakpuasan
sebagian pendukung Prabowo yang menuduh adanya kecurangan dalam proses pemilihan.
Protes ini berujung pada bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan di berbagai titik di Jakarta, khususnya di kawasan Tanah Abang dan Slipi.
Namun, di luar dugaan banyak pihak, sesuatu yang tak terbayangkan terjadi setelah Pilpres 2019. Jokowi, sebagai pemenang, justru mengundang Prabowo untuk masuk ke dalam kabinetnya.
Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Dengan Kopi, Memulai Imajinasi
Pada Oktober 2019, Prabowo dilantik sebagai Menteri Pertahanan. Langkah ini mengejutkan banyak pihak karena baru beberapa bulan sebelumnya, Prabowo merupakan lawan politik yang keras menantang kebijakan-kebijakan Jokowi.
Namun, persaingan keras tersebut berubah menjadi kolaborasi yang solid di dalam pemerintahan.
-000-
Baca Juga: Puisi Denny JA: Nasionalisme di Era Algoritma
Keputusan Jokowi mengajak Prabowo untuk bekerja sama dalam pemerintahan adalah contoh nyata dari konsep coopetition—gabungan dari competition dan cooperation.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Raymond Noorda, CEO Novell, pada 1980-an dalam konteks bisnis.
Coopetition menggambarkan situasi di mana dua pihak yang biasanya bersaing, memilih untuk bekerja sama demi kepentingan bersama.
Baca Juga: LSI Denny JA: 89 Persen Pendukung Prabowo-Gibran Merasa Puas dengan Kepemimpinan Presiden Jokowi
Dalam dunia bisnis, salah satu contoh terkenal dari coopetition adalah hubungan antara Apple dan Samsung. Kedua perusahaan bersaing ketat di pasar smartphone global, tetapi mereka juga saling bekerja sama.