Pasukan Perdamaian dari Irlandia di Lebanon Menolak Permintaan Israel untuk Meninggalkan Lokasi
- Penulis : Ulil
- Sabtu, 05 Oktober 2024 11:33 WIB
POLITIKABC.COM - Militer Israel telah meminta Irlandia untuk menarik pasukan penjaga perdamaian dari pos terdepan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel, menyusul peningkatan ketegangan di kawasan tersebut, menurut laporan media Irlandia pada Jumat, 4 Oktober 2024.
The Irish Times melaporkan bahwa permintaan ini diajukan melalui Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) di tengah intensifikasi kampanye militer Israel terhadap Hizbullah.
UNIFIL menegaskan bahwa pasukan penjaga perdamaian akan tetap bertahan di lokasi tersebut meskipun ada peringatan dari pihak Israel.
Baca Juga: Prajurit TNI Siap Mengevakuasi 155 WNI yang Tinggal Lebanon, Tunggu Izin dari UNIFIL
Irlandia, yang memiliki satu pos terdepan yang ditetapkan sebagai pos 6-52 di kawasan perbatasan, yang dikenal sebagai Garis Biru, adalah salah satu dari beberapa negara yang menyumbangkan pasukan untuk UNIFIL.
Peleton Irlandia yang ditempatkan di pos tersebut bertugas mengamati dan melaporkan setiap serangan di sepanjang perbatasan.
Permintaan penarikan pasukan tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa Israel mungkin sedang mempersiapkan invasi yang lebih luas ke Lebanon selatan, dengan prospek memperluas operasi di sepanjang perbatasan.
Serangan tersebut sejauh ini terbatas dalam skala, tetapi kekerasan yang meningkat telah memicu kekhawatiran akan potensi terjadinya konflik yang lebih luas.
UNIFIL telah menyampaikan kepada Israel bahwa pasukan penjaga perdamaian tidak akan ditarik, yang memperkuat komitmennya untuk menjaga stabilitas di kawasan yang bergejolak tersebut.
Perang di Gaza menyebar ke Lebanon, ketika Israel melancarkan serangan mematikan di seluruh negeri akhir bulan lalu yang telah menewaskan lebih dari 1.100 korban. Tel Aviv juga telah membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.
Baca Juga: Ada 1,8 Juta Pengungsi Suriah, 13.500 di Antaranya Telah Meninggalkan Lebanon
Kekhawatiran semakin meningkat bahwa eskalasi yang berkelanjutan dapat menyebabkan perang habis-habisan di kawasan tersebut.***