DECEMBER 9, 2022
Nusantara

LSI Denny JA: 10 Tahun Pemerintahan Jokowi Kebebasan Ekonomi Meningkat

image
LSI Denny JA Sebut 10 Tahun Pemerintahan Jokowi Kebebasan Ekonomi Meningkat. (Politikabc.com/kiriman)

POLITIKABC.COM - LSI Denny JA menilai selama 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari 2014 hingga 2024, Indonesia mengalami berbagai perubahan di berbagai sektor. 

Dalam pernyataan yang diterima dari LSI Denny JA, salah satu indikator yang menjadi sorotan utama dalam menilai keberhasilan kebijakan ekonomi Jokowi adalah Indeks Kebebasan Ekonomi.

Dengan mengolah data dari lembaga dunia kredibel, The Heritage Foundation, LSI Denny JA  menyimpulkan Jokowi berhasil memperoleh rapor biru dalam indeks ini.

Baca Juga: LSI Denny JA Tentang RUU Penyiaran: Hanya 1,1 Persen dari 6.542 Unggahan Berita Miliki Sentimen Positif

Skor yang meningkat dari 58,5 pada tahun 2014 menjadi 63,5 pada tahun 2023, serta peningkatan peringkat dari 100 menjadi 53, menunjukkan rapor biru itu. 

"Angka itu menyatakan kebijakan ekonomi Jokowi telah membuka lebih banyak peluang bagi sektor swasta dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan," kata founder LSI Denny JA, Denny Januar Ali, Kamis, 3 Oktober 2024.

Denny mengatakan bahwa Blberakhir kekuasaan seorang presiden perlu diberikan evaluasi publik soal berhasil atau tidak pemerintahannya.

Baca Juga: Riset LSI Denny JA: 15,1 Persen dari 40.830 Unggahan Berita Kasus Vina Cirebon Bersentimen Negatif

LSI Denny JA, lanjutnya, mengembangkan cara menilai presiden yang sudah habis masa jabatannya dengan mengolah tujuh indeks dunia, dengan data  dari lembaga internasional kredibel, seperti World Bank, Transparency International, The Heritage Foundation, hingga, SDSN Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Presiden Indonesia berikutnya setelah selesai jabatan, akan juga dinilai dengan tujuh indeks yang sama. Indeks itu cukup komprehensif meliputi sisi ekonomi, politik, hukum dan sosial," ujarnya.

Dia menerangkan, melalui ketujuh indeks ini, dengan membandingkan tahun pertama versus tahun terakhir Jokowi (2014 VS 2024, atau 2023 jika 2024 belum ada), Jokowi memperoleh 3 rapor biru, 3 rapor netral, dan 1 rapor merah.

Baca Juga: Riset LSI Denny JA: 32,3 Persen Pemberitaan Tentang Uang Kuliah Tunggal di Media Online Bersentimen Negatif

"Secara komprehensif, 10 tahun Jokowi memang jauh lebih banyak rapor birunya, dibanding rapor merah. Kali ini LSI Denny JA khusus mengeksplor indeks kebebasan ekonomi saja," tutur dia.

Indeks Kebebasan Ekonomi Penting

Founder LSI Denny JA, Denny Januar Ali menjelaskan bahwa Indeks Kebebasan Ekonomi adalah pengukuran yang mengevaluasi sejauh mana kebijakan dan institusi suatu negara mendukung kebebasan individu dalam kegiatan ekonomi.

Baca Juga: LSI Denny JA: 97 Persen Pemberitaan di Media Online tentang Pemberian Izin Usaha Pertambangan ke Ormas Keagamaan Bernada Netral

"Itu seperti kebebasan untuk memulai bisnis, berinvestasi, dan melindungi properti. Indeks ini sangat penting karena menunjukkan seberapa terbuka ekonomi suatu negara terhadap pasar bebas dan persaingan," terang Denny.

"Itu faktor yang berperan besar dalam mendorong inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan," sambungnya.

Masih kata Denny, Kebebasan ekonomi memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan sosial. 

Baca Juga: Riset LSI Denny JA: Masyarakat Media Sosial Khawatir Dampak Judi Online bagi Keuangan

"Negara dengan tingkat kebebasan ekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, stabilitas harga yang lebih terjaga, dan tingkat kemiskinan yang lebih rendah," kata dia.

"Ini juga berdampak positif terhadap iklim investasi, di mana negara dengan kebijakan yang lebih terbuka akan lebih menarik bagi investor asing," lanjutnya.

Kredibilitas Lembaga Pengukur Indeks Kebebasan Ekonomi

Baca Juga: LSI DENNY JA: Berhasil atau Gagalkah Jokowi Selama 10 Tahun Menjadi Presiden Indonesia, 2014-2024?

Denny Januar Ali, pendiri LSI Denny JA mengatakan, Indeks Kebebasan Ekonomi diukur oleh The Heritage Foundation, sebuah lembaga think tank terkemuka yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

Lembaga ini telah mempublikasikan laporan tahunan tentang kebebasan ekonomi sejak  1995, yang mencakup evaluasi terhadap lebih dari 180 negara di seluruh dunia. 

Data yang digunakan oleh The Heritage Foundation berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya, termasuk laporan resmi pemerintah, data dari lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), serta berbagai survei bisnis.

Baca Juga: LSI Denny JA Merilis Capaian Presiden Jokowi di Bidang Sosial Selama 10 Tahun Menjabat

The Heritage Foundation menggunakan metodologi yang transparan dan konsisten untuk mengukur empat pilar utama kebebasan ekonomi, yaitu Rule of Law (hukum dan hak properti), Government Size (pengeluaran pemerintah, perpajakan), Regulatory Efficiency (efisiensi regulasi), dan Open Markets (pasar terbuka). 

"Kredibilitas The Heritage Foundation sebagai lembaga pengukur diperkuat oleh pengakuan luas dari para ekonom dan analis di seluruh dunia," ucapnya.

Analisis Indeks Kebebasan Ekonomi Era Jokowi

LSI Denny JA mencatat, pada awal masa jabatan Jokowi pada tahun 2014, Indonesia memiliki skor Indeks Kebebasan Ekonomi sebesar 58,5 dan berada di peringkat 100 di dunia. 

Sepuluh tahun kemudian, pada 2023, skor ini meningkat menjadi 63,5 dan peringkat Indonesia naik signifikan ke posisi 53.

"Peningkatan ini mencerminkan keberhasilan Jokowi dalam meningkatkan kebebasan ekonomi melalui reformasi di berbagai sektor," kata Denny Januar Ali.

Dia mengatakan, salah satu faktor utama yang berkontribusi pada peningkatan ini adalah serangkaian reformasi ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Jokowi. 

Jokowi berfokus pada penyederhanaan regulasi dan mempermudah perizinan usaha melalui berbagai program seperti Online Single Submission (OSS) yang memungkinkan pelaku bisnis mengurus perizinan secara daring. 

"Langkah ini sangat meningkatkan efisiensi regulasi dan mempercepat proses investasi," ujarnya.

Selain itu, dikatakan Denny, Jokowi juga mendorong  investasi asing dengan membuka sektor-sektor strategis yang sebelumnya tertutup atau terbatas bagi investor asing, seperti sektor infrastruktur dan teknologi. 

Menurutnya kebijakan ini berhasil meningkatkan aliran modal asing ke Indonesia, memperkuat infrastruktur, dan menciptakan lapangan kerja baru.

Meski ada peningkatan yang signifikan, terdapat beberapa kelemahan dalam kebijakan ekonomi Jokowi yang tercermin dalam Indeks Kebebasan Ekonomi. 

"Salah satunya adalah birokrasi yang masih lambat dan kompleks juga menjadi tantangan bagi pelaku bisnis, terutama di tingkat lokal," ungkapnya.

Meskipun OSS telah membantu menyederhanakan proses perizinan, beberapa regulasi di tingkat daerah masih menjadi hambatan bagi investasi dan pertumbuhan usaha, yang pada akhirnya mempengaruhi skor kebebasan ekonomi.

"Berdasarkan analisis Indeks Kebebasan Ekonomi selama 10 tahun pemerintahan Jokowi, dapat disimpulkan bahwa Jokowi berhasil meningkatkan kebebasan ekonomi di Indonesia," ujar Denny menyimpulkan.***

Berita Terkait