LSI Denny JA Merilis Capaian Presiden Jokowi di Bidang Sosial Selama 10 Tahun Menjabat
- Penulis : Ulil
- Senin, 30 September 2024 11:33 WIB
POLITIKABC.COM - LSI Denny JA menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil selama 10 tahun menjadi Presiden Indonesia berdasarkan Social Progress Index (SPI).
Direktur LSI Denny JA, Denny Januar Ali menerangkan, SPI merupakan sebuah lembaga nirlaba yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan manusia dengan memberikan pengukuran komprehensif terhadap kinerja sosial suatu negara.
"Lembaga ini sangat kredibel dan telah bekerja sama dengan berbagai institusi ternama, seperti Deloitte dan World Economic Forum," kata Direktur LSI Denny JA dalam siaran pers yang diterima pada Senin, 30 September 2024.
Dia menerangkan, SPI mengukur kemajuan sosial mencakup berbagai indikator seperti kebutuhan dasar manusia, kesejahteraan, dan peluang sosial.
SPI pertama kali diukur pada tahun 2014, di 163 negara, memberikan perspektif non-ekonomi yang penting dalam menilai kemajuan suatu bangsa.
LSI Denny JA, lanjutnya, mengolah data indeks ini sebagai bagian dari program unggulannya, mengukur kinerja presiden di masa akhir tugas.
Baca Juga: Riset LSI Denny JA: 15,1 Persen dari 40.830 Unggahan Berita Kasus Vina Cirebon Bersentimen Negatif
"Ada tujuh indeks dunia yang diolah LSI Denny JA. Presiden Indonesia selanjutnya akan juga diukur oleh parameter yang sama. Untuk 10 tahun Jokowi, 2014 - 2024, diukur dari indeks ekonomi, politik, hukum, dan sosial, Jokowi mendapatkan 3 Rapor Biru, 1 Rapor Merah, dan 3 Rapor Netral," beber Denny.
"Kali ini, LSI Denny JA mengeksplor indeks bidang sosial saja," sambungnya.
Denny mengatakan bahwa salah satu indikator penting yang menghasilkan rapor biru untuk Jokowi adalah SPI.
Pada tahun 2014, indeks ini menunjukkan Indonesia dengan skor 61,65 dan peringkat 92 dunia.
Sementara pada 2023, skor meningkat menjadi 67,22, dan peringkat naik ke angka 80.
Menurutnya, jenaikan ini menunjukkan peningkatan kesejahteraan sosial selama kepemimpinan Jokowi.
Denny menjelaskan, SPI merupakan alat yang menilai kesejahteraan sosial di luar indikator ekonomi, seperti Produk Domestik Bruto (PDB).
SPI penting karena mengevaluasi sejauh mana negara memenuhi kebutuhan dasar manusia, mempromosikan kesejahteraan, dan menciptakan peluang bagi penduduknya.
Dengan kata lain, SPI memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kualitas hidup masyarakat daripada sekadar melihat pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Riset LSI Denny JA: Masyarakat Media Sosial Khawatir Dampak Judi Online bagi Keuangan
Lebih lanjut, Denny menjelaskan, SPI mengukur tiga dimensi utama.
Pertama, Kebutuhan Dasar Manusia meliputi akses ke air bersih, perumahan yang memadai, dan keamanan pribadi.
Kedua, Dasar-Dasar Kesejahteraan termasuk akses ke pendidikan dasar, layanan kesehatan, serta kualitas lingkungan hidup.
Baca Juga: LSI DENNY JA: Berhasil atau Gagalkah Jokowi Selama 10 Tahun Menjadi Presiden Indonesia, 2014-2024?
Ketiga, Peluang Sosial yang mengukur apakah individu memiliki kebebasan pribadi dan hak asasi manusia, serta akses ke pendidikan lanjutan.
"SPI menggunakan skala 0 - 100, di mana 100 adalah skor maksimal yang mencerminkan masyarakat dengan kondisi sosial yang sangat baik," tuturnya.
"Setiap dimensi utama terdiri dari beberapa indikator, seperti angka harapan hidup, akses terhadap internet, serta kesetaraan gender," lanjutnya.
Cara SPI Mengukur Kemajuan Indonesia di Masa Pemerintahan Jokowi
Direktur LSI Denny JA, Denny Januar Ali mengatakan, peningkatan skor Indonesia dari 61,65 pada tahun 2014 menjadi 67,22 pada tahun 2023 mencerminkan perbaikan dalam berbagai indikator kesejahteraan sosial.
Menurutnya, kenaikan peringkat Indonesia dalam SPI dari posisi 92 ke 80, menunjukkan bahwa Indonesia berhasil meningkatkan standar hidup, meskipun tantangan masih ada.
Beberapa faktor kunci yang berkontribusi pada peningkatan ini yakni, pertama, Akses pada Pendidikan.
"Program pemerintah seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) membantu meningkatkan partisipasi pendidikan di kalangan masyarakat miskin," ujarnya.
Kedua, Layanan Kesehatan. Hal ini berkaitan dengan adanya Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memperluas akses layanan kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin.
Ketiga, Perbaikan Infrastruktur Sosial berkaitan dengan investasi besar dalam infrastruktur seperti pembangunan jalan dan fasilitas umum meningkatkan akses layanan dasar bagi masyarakat.
Namun, Denny mengatakan meskipun ada peningkatan dalam SPI, beberapa tantangan masih ada di antaranya ketimpangan sosial yang terjadi di luat Pulau Jawa dan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber daya alam.
Perbandingan Global Posisi Indonesia
LSI Denny JA merilis bahwa pada tahun 2023, Indonesia berada di peringkat 80 dari 163 negara.
Meskipun peringkat ini menunjukkan peningkatan, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.
"Namun, dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki PDB serupa, Indonesia menunjukkan performa yang cukup baik dalam hal kesejahteraan sosial," jelas Direktur LSI Denny JA, Denny Januar Ali.***