DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Gerah di Malam Hari Tapi Takut Mandi? Pakar: Dampak Pneumonia Hanya Mitos!

image
Foto ilustrasi. Kementerian Kesehatan meminta masyarakat meningkatkan edukasi kesehatan terkait pneumonia, utamanya pneumonia pada anak yang meningkat sejak pertengahan tahun ini. ANTARA FOTO/Rina Nur Anggraini/Ak/foc.

POLITKABC.COM - Profesor Tjandra Yoga Aditama, seorang ahli paru, menyatakan bahwa anggapan bahwa mandi malam hari dapat menyebabkan pneumonia atau kondisi yang sering disebut paru-paru basah adalah mitos semata.

Pneumonia adalah peradangan atau infeksi pada jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk bakteri seperti pneumokokus dan streptokokus, serta virus seperti COVID-19 dan kemungkinan virus lainnya. Infeksi paru-paru ini juga kadang-kadang disebabkan oleh parasit.

Gejala pneumonia dapat bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada faktor seperti jenis kuman penyebab infeksi, usia, dan kondisi kesehatan umum seseorang.

Baca Juga: Demokrat mendukung pemogokan pekerja kesehatan massal yang menolak RUU perawatan kesehatan

"Penyebab pneumonia dan juga paru-paru basah bukanlah karena mandi malam atau kena semprot kipas angin. Ini adalah mitos belaka," kata Tjandra yang menjabat sebagai Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu di Jakarta, Kamis 12 September 2024. 

Gejala dan tanda pneumonia dapat bervariasi tergantung pada penyebab infeksinya, tingkat keparahan, dan kondisi individu yang terkena. Gejala ringan seringkali mirip dengan pilek atau flu, tetapi berlangsung lebih lama.

Gejala dan tanda yang umumnya terkait dengan pneumonia meliputi nyeri dada saat bernapas atau batuk, kebingungan atau perubahan kesadaran mental (pada orang dewasa usia 65 tahun ke atas), batuk, yang dapat menghasilkan dahak.

Baca Juga: Operasi Kaki Kiri, Gibran Pastikan Kondisi Kesehatan Prabowo Subianto: Sudah Siap Bekerja

Lalu, kelelahan, demam, berkeringat dan menggigil, suhu tubuh lebih rendah dari normal (pada orang dewasa yang berusia lebih dari 65 tahun dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah), mual, muntah atau diare, kesulitan bernapas dan kehilangan nafsu makan.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta mencatat kasus pneumonia balita di DKI Jakarta tahun 2019-2021 mencapai sekitar 78.659 kasus.

Sementara itu, paru-paru basah sebenarnya bukan istilah kedokteran. Tjandra mengatakan, kondisi yang sebenarnya dimaksud adalah penyakit yang efusi pleura.

Baca Juga: Begini Kesiapan Tim Kesehatan yang Bertugas di IKN untuk Upacara HUT ke-79 Republik Indonesia

"Sebenarnya cairannya bukan berada di dalam paru, tetapi dalam selaput di sekitar paru, tepatnya antara selaput yang membungkus paru (namanya pleura viseralis) dan selaput yang melapisi bagian dalam dinding dada (pleura parietalis)," kata Tjandra,

Menurut dia, sedikitnya ada tiga penyebab terbentuknya cairan ini, yaitu karena infeksi, misalnya, tuberkulosis (TB) atau radang lain karena adanya kanker dan terjadi gangguan keseimbangan protein dalam tubuh.***

Sumber: Antara

Berita Terkait