DECEMBER 9, 2022
News

Penjara di Inggris Sudah Penuh dan Sesak, Hakim Sampai Minta agar Menunda Persidangan Pelaku Kejahatan

image
Polisi melakukan pengamanan kerusuhan di Inggris, 1000 orang ditangkap. ANTARA/HO-Anadolu/www.aa.com.tr

POLITIKABC.COM - Hakim di Inggris dan Wales telah diperintahkan untuk mempertimbangkan menunda persidangan para pelaku kejahatan karena kekhawatiran kondisi penjara yang penuh sesak, lapor Sky News, mengutip arahan internal yang telah dilihatnya.

Jika hukuman penjara dianggap sebagai kemungkinan hasil dari proses hukum, maka hakim harus mempertimbangkan menjadwal ulang proses persidangan sesingkat mungkin, tetapi tidak lebih dari 10 September, lapor Sky News pada Jumat 23 Agustus 2024. 

Menurut laporan, arahan agar menunda persidangan itu dikeluarkan oleh Hakim Green, wakil hakim penanggung jawab senior untuk Inggris dan Wales. Langkah ini diambil karena "tantangan saat ini di penjara kita," berdasarkan laporan Sky News.

Baca Juga: Kalah di Pemilu, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak Menyatakan Mundur Sebagai Pemimpin Partai Konservatif 

Pemberitaan tersebut menambahkan bahwa aksi protes baru-baru ini telah memperburuk situasi yang sudah kritis, di mana kurang dari satu persen kapasitas sel penjara yang dapat digunakan selama beberapa tahun terakhir.

Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah Inggris bermaksud mengurangi hukuman sejumlah narapidana dan mengosongkan sejumlah ruang penjara, tetapi hal itu tidak akan terjadi hingga 10 September, menurut laporan tersebut.

Kendati demikian, arahan itu tidak berlaku bagi narapidana yang dianggap sangat membahayakan masyarakat, tambah penyiar itu.

Baca Juga: Protes Anti Migran di Inggris dari Kelompok Ekstrem Kanan Diperkirakan Terus Berlanjut

Sebuah program khusus juga dilaporkan diluncurkan awal pekan ini, di mana para pelaku kejahatan dapat ditempatkan di sel di kantor polisi hingga ruang penjara tersedia.

Beberapa tersangka akan dibebaskan dengan jaminan sambil menunggu sidang mereka, sementara yang lain akan menghadapi kondisi yang lebih ketat, kata Sky News.

Sebelumnya pada akhir Juli, protes massal meletus di banyak kota di Inggris setelah seorang remaja berusia 17 tahun menyerang anak-anak dengan pisau di sebuah studio tari di Southport.

Baca Juga: Kuliner Tahu Gejrot Khas Cirebon akan Jadi Makanan Favorit Dubes Inggris Dominic Jermey

Tiga anak tewas, beberapa anak lainnya dan dua orang dewasa dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis.

Protes tersebut meningkat menjadi bentrokan dengan polisi dan kerusuhan setelah beredar desas-desus bahwa pelaku adalah seorang pengungsi.

Kemudian terungkap bahwa pelaku adalah warga negara Inggris keturunan Rwanda.

Lebih dari 1.000 orang ditangkap akibat kerusuhan itu, kata Dewan Kepala Kepolisian Nasional kepada Sputnik.***

Sumber: Antara

Berita Terkait