Cek Harga BBM Bersubsidi Pertalite dan Solar di Bulan Juli 2024, di Tengah Gejolak Harga Minyak Dunia
- Penulis : Ulil
- Minggu, 30 Juni 2024 07:49 WIB

POLITIKABC.COM - Pemerintah telah menahan kenaikan harga BBM, baik subsidi jenis pertalite, solar dan nonsubsidi sejak awal tahun 2024. Lantas apa kebijakan pemerintah, di tengah gejolak harga minyak dunia, apakah harga BBM bersubsidi akan naik di Bulan Juli 2024?
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan pertimbangan pemerintah menahan harga BBM jenis pertalite dan solar untuk tetap stabil hingga Juni 2024, yakni untuk mendukung pemulihan ekonomi masyarakat setelah pandemi COVID-19.
Gejolak harga minyak dunia, eskalasi konflik di Timur Tengah, hingga pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS membuat kompensasi dan anggaran subsidi BBM di dalam negeri membengkak.
Baca Juga: Jokowi Terang-terangan Sebut Mobil BBM Bakal Terganti dengan Kendaraan Listrik
Arifin juga mengatakan bahwa terkait kelanjutan harga BBM subsidi dan nonsubsidi pada Juli akan dibahas bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Kini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, yakni Pertalite dan Solar, tidak akan mengalami kenaikan pada bulan Juli 2024.
"Pertalite yang JBKP (Jenis BBM Khusus Penugasan) belum disesuaikan, seperti Solar. Kalau Pertamax Cs mungkin," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu 30 Juni 2024.
Baca Juga: Elpiji 3 Kilogram di Bali Langka, Disnaker dan ESDM Jelaskan Penyebabnya
Meskipun demikian, Agus mengatakan bahwa hingga saat ini harga BBM nonsubsidi, yakni Pertamax series dan Dex series, belum dipastikan apakah akan ada penyesuaian atau tetap.
“Sampai saat ini belum disesuaikan, kalau BBM umum nonsubsidi (Pertamax series dan Dex series) ditetapkan oleh badan usaha, sepanjang dalam kisaran harga formulasinya," katanya.
Agus juga mengatakan bahwa sejauh ini Harga Minyak Mentah Indonesia atau Indonesia Crude Oil Price (ICP) cenderung stagnan.
Meskipun, Agus mengakui, tetap ada beban berat yang berasal dari nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah.