Pol - 11 Juli 2023 Bangun Sebuah Literasi Politik Pemuda Jelang Pemilu 2024, Bamsoet Ajak Alumni BE"> Pol - 11 Juli 2023 Bangun Sebuah Literasi Politik Pemuda Jelang Pemilu 2024, Bamsoet Ajak Alumni BE"> Pol - 11 Juli 2023 Bangun Sebuah Literasi Politik Pemuda Jelang Pemilu 2024, Bamsoet Ajak Alumni BE"> POLITIKABC.COM - Update Yourself
DECEMBER 9, 2022

Bangun Sebuah Literasi Politik Pemuda Jelang Pemilu 2024, Bamsoet Ajak Alumni BEM

image
Potret Seluruh Panitia Dan Ketua MPR-RI (Rakyat INdonesia)

Pol - 11 Juli 2023 Bangun Sebuah Literasi Politik Pemuda Jelang Pemilu 2024, Bamsoet Ajak Alumni BEM Jakarta - Ketua MPR-RI Bambang Soesatyo mengatakan demografi pemuda yang tinggi saat ini akan mempengaruhi banyaknya pemilih baru pada pemilu 2024 mendatang.  Karena itu, kata dia, pemilih baru membutuhkan keahlian politik yang mumpuni. Diperkirakan pertumbuhan pemilih muda pada Pemilu 2024 akan meningkat menjadi 20 persen pada Pemilu 2019. Hingga Februari 2023, jumlah pemilih pemula meningkat menjadi 117 juta pemilih atau sekitar 57,3 persen dari seluruh pemilih.  Kajian Aksara Research and Consulting pada akhir tahun 2022 juga memprediksi antusiasme anak muda untuk mengikuti pemilu 2024 cukup tinggi yakni 70,7 persen. Diperkirakan hanya 5,1 persen yang tidak menggunakan hak pilihnya. Sebaliknya, sekitar 24,2 persen koresponden belum mengambil keputusan. Bamsoet menambahkan, jumlah "massa mengambang" yang cukup tinggi bergantung pada dinamika politik ke depan. [caption id="attachment_13373" align="aligncenter" width="1920"] Potret Ketua MPR-RI Bambang Soesatyo (IniSumbar.com)[/caption] Artinya, suara generasi muda akan menentukan hasil pemilu 2024 dan pilkada serentak 2024. “Jumlah pemilih pemula yang besar ini tentunya membutuhkan keahlian politik yang cukup agar mereka memiliki kesadaran dan pemahaman terhadap keputusan politik,” kata Bamsoet dalam keterangannya, Selasa (7/11/2023). “Oleh karena itu, kehadiran Dewan Pimpinan Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa Forum Alumni (DPP FA-BEM) yang dipimpin oleh Presiden Zainudin Arsyadi dan Sekjen Rafli Maulana menjadi sangat penting.  Bukan hanya menjadi ajang pertemuan alumni, tetapi juga "Wadah pemikiran intelektual untuk meningkatkan kompetensi politik generasi muda," jelasnya. Bamsoet juga mendorong para alumni BEM untuk terlibat membangun literasi politik generasi muda agar tidak mudah dikonfrontasi dan dipecah belah oleh kepentingan politik saat ini. Ia melihat jaringan organisasi kepemudaan mampu membangun sinergi dan kerjasama untuk menyajikan cerita yang sehat dan konstruktif serta mewujudkan pemilu yang damai dan bahagia.  “Kehadiran FA-BEM juga harus menjadi penegasan bahwa perjuangan generasi muda dan cendekiawan untuk memajukan kehidupan masyarakat tidak boleh berhenti dan dibatasi oleh keanggotaan organisasi mahasiswa kampus,” ujarnya. “Pengalaman, cobaan dan tantangan yang dihadapi selama masih menjadi penggiat BEM kampus merupakan sumber daya penting yang dapat diteruskan sebagai sumber daya pembangunan melalui organisasi FA-BEM,” imbuhnya. Wakil presiden dari Partai Golkar itu menjelaskan, mayoritas anak muda di Indonesia berpendidikan rata-rata atau lebih rendah. BPS menyebutkan, pada 2022 jumlah lulusan SLTA menjadi 39,6 persen dan lulusan SLTA 35,78 persen. Sementara proporsi lulusan perguruan tinggi hanya 10,97 persen. Menurutnya, kondisi ini jika tidak dikelola dengan bijak sedikit banyak akan mempengaruhi gradasi kualitas keputusan politik generasi muda. Ia mengatakan, berdasarkan survei, hanya 13,6 persen anak muda yang berminat bergabung dengan partai politik. Namun, hanya 1,1 persen yang benar-benar berafiliasi dengan partai politik. “Menunjukkan kuatnya pandangan atau stigma negatif yang dimiliki anak muda saat memaknai keberadaan partai politik,” imbuhnya.  Bamsoet menilai kompetensi politik mayoritas anak muda masih belum "fix". Hal ini karena cerita-cerita tentang politik lebih banyak dibentuk dan dipengaruhi oleh sumber-sumber “sekunder” seperti media sosial. Hal ini menurutnya menunjukkan bahwa peran partai politik dan ormas dalam pelaksanaan pendidikan politik bagi generasi muda masih belum optimal. “Masih ada paradigma bahwa keikutsertaan anak muda dalam pemilu hanya terkait dengan motivasi untuk meningkatkan partisipasi politik.  Pemuda dimaknai hanya sebagai objek untuk mengumpulkan suara.” Jarang dikaitkan dengan potensinya sebagai bagian dari solusi untuk menciptakan pilihan yang berkualitas,” jelasnya.  Bangun Sebuah Literasi Politik Pemuda Jelang Pemilu 2024, Bamsoet Ajak Alumni BEM (Dyp, Dtk, Pol)

Berita Terkait