Catatan Denny JA: Di Balik Buku Demokrasi dengan Rekor Terbanyak 221 Penulis
- Penulis : Ulil
- Sabtu, 28 Desember 2024 08:15 WIB
Bagi mereka, organisasi seperti SATUPENA seharusnya menjadi ruang netral untuk mengeksplorasi gagasan, bukan medan pertarungan politik praktis.
Polarisasi dalam organisasi dianggap merusak tujuan utama: mendukung literasi dan kreativitas. Mundur adalah cara mereka menjaga integritas, menghindari konflik yang tidak relevan dengan visi awal organisasi, dan fokus pada karya pribadi mereka.
Ketiga sikap ini mencerminkan ketegangan antara idealisme, pragmatisme, dan independensi yang sering muncul dalam komunitas intelektual.
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Kesempatan Koruptor Bertobat dengan Catatan Melakukan Hal Ini
Masing-masing memiliki argumen yang valid, memperlihatkan keragaman cara berpikir di dunia literasi dan aktivisme.
-000-
Namun, buku ini tidak memihak. Ia menjadi rumah bagi semua suara. Seperti demokrasi yang ideal, buku ini menerima keberagaman pendapat, menjadikannya kekuatan, bukan kelemahan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Membawa Spirit para Sufi ke Era Artificial Intelligence
Dengan genre yang beragam—esai yang tajam, cerpen yang menggugah, puisi yang melankolis, dan puisi esai yang reflektif—buku ini adalah potret utuh dari gejolak pemilu dan pilkada 2024.
Dalam buku ini ada tulisan yang kontra Jokowi dan pro Jokowi. Semua pandangan ditampung.
Esai berjudul: “Demokrasi Indonesia yang Carut-Marut: Sebuah Refleksi Kritis.” Penulisnya Ade Solihat
Baca Juga: Catatan Denny JA: Spiritualitas di Era Artificial Intelligence
Esai ini mengkritik kondisi demokrasi di Indonesia yang dianggap mengalami distorsi selama kepemimpinan Jokowi.