DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Spiritualitas di Era Artificial Intelligence

image
Catatan Denny JA: Spiritualitas di Era Artificial Intelligence. (Politikabc.com/kiriman)

Tafsir yang selaras dengan cinta, keadilan, dan hak asasi manusia adalah kompas menuju cahaya yang sesungguhnya. 

Dan akhirnya, kedalaman spiritual hanya bisa ditemukan dengan menyelami. Setiap agama memuat prinsip-prinsip kebajikan dan harmoni, dan semakin dalam kita menggali, semakin dekat kita pada kebenaran universal yang sama.

“Di tengah ribuan bintang yang terang, kita adalah cahaya kecil yang saling menyentuh. Esoterika adalah jalan menuju cahaya kolektif, di mana agama menjadi puisi semesta, dan manusia menjadi penyair yang mencintai setiap kata.”

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Quick Count Tak Bisa Putuskan Pilkada Jakarta 2024 Satu atau Dua Putaran 

-000-

Transcendental Unity of Religions, gagasan yang lahir dari pemikiran Frithjof Schuon di awal abad ke-20, menegaskan bahwa semua agama, meski berbeda dalam bentuk, ritus, dan simbol, mengalir menuju satu hakikat kebenaran yang sama. 

Schuon, seorang filsuf sufi, melihat bahwa pada tingkat terdalam, setiap agama adalah pantulan cahaya yang satu, dinyatakan dalam beragam bahasa budaya dan waktu. 

Baca Juga: LSI Denny JA Ungkap Sejumlah Faktor Kemenangan Paslon Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan di Pilkada Jawa Barat

Realitas Absolut, yang disebut Tuhan, Brahman, atau Tao, adalah satu. Jalan yang ditempuh mungkin beragam, tetapi tujuannya sama: kesadaran tertinggi yang menyatukan manusia dengan yang transenden.

Simbol-simbol keagamaan bukanlah dinding yang memisahkan, melainkan jembatan menuju pemahaman esensi. Perbedaan tradisi adalah seperti sungai-sungai yang bermuara pada samudra yang sama. 

Di sana, perbedaan bukan untuk dipertentangkan, melainkan dirayakan sebagai cara manusia memahami kebesaran yang tak terlukiskan.

Baca Juga: Puisi Denny JA: Mereka Tak Terima Keyakinan yang Diberi Orangtuaku

Hari ini, soal makna dan kebahagiaan, penelitian dalam bidang positive psychology dan neuroscience semakin menegaskan bahwa hidup bermakna dapat dirumuskan secara lebih sistematis. 

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait