DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Diskusi SATUPENA, Yeni Sahnaz Sebut Anak Cerdas Istimewa Punya Risiko Jadi Korban Perundungan di Sekolah

image
Yeni Sahnaz, Pendiri Indonesia Peduli Anak Gifted. (Politkabc.com/kiriman)

POLITIKABC.COM  - Yeni Sahnaz, Pendiri Indonesia Peduli Anak Gifted membahas risiko anak cerdas istimewa (gifted child) adalah mereka sering menjadi korban perundungan (bully) di sekolah, rumah dan lingkungan. 

Hal ini disampaikan oleh Yeni Sahnaz saat menjadi narasumber dalam diskusi daring Hati Pena di Jakarta, Kamis malam, 22 Agustus 2024, yang bertema Belajar dari Anak Cerdas Istimewa.

Diskusi yang menghadirkan Yeni Sahnaz itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA yang diketuai Denny JA. Diskusi dipandu oleh Amelia Fitriani dan Anick HT.

Baca Juga: Anies Baswedan Sebut KTP Dua Anaknya Dicatut untuk Mendukung Bakal Calon Independen Dharma Pongrekun di Pilkada Jakarta

Dalam diskusi itu, Yeni Sahnaz mengungkapkan, banyak risiko dialami anak cerdas istimewa justru akibat ketidakpahaman orang tua, guru dan lingkungan.

“Anak cerdas istimewa justru sering mendapat label buruk, seperti dianggap nakal, otak korslet, stres, dan sebagainya,” ujar Yeni, yang kebetulan juga memiliki anak cerdas istimewa.

Yeni menambahkan, bahkan para “ahli” juga bisa salah mendiagnosis. Anak cerdas istimewa dianggap sebagai penyandang autis, ADHD (perilaku impulsif dan hiperaktif), savant, bipolar, bisu-tuli, dan sebagainya.

Baca Juga: SATUPENA akan Gelar Diskusi Bagaimana Belajar dari Anak Cerdas Istimewa dengan Narasumber Yeni Sahnaz

Akibat salah diagnosis, anak cerdas istimewa menderita salah penanganan. Seperti, dalam hal pemberian obat, aneka terapi, dan lain-lain.

Yeni mengungkapkan, anak cerdas istimewa justru bisa memiliki prestasi akademik buruk. “Mereka bisa tidak naik kelas, atau DO (drop out),” ucapnya.

Berkaca dari pengalamannya sendiri dan orang tua lain, Yeni menyebutkan, anak cerdas istimwa tak jarang menderita gangguan mental.

Baca Juga: Mahfud MD Sebut KPU Bisa Segera Melaksanakan Putusan MK tentang Ambang Batas Pencalonan di Pilkada 2024

Seperti: psikosomatis, kecemasan, stres, depresi, mengisolasi diri, bahkan ingin bunuh diri.

Untuk mengatasi itu, Yeni menyarankan pengasuhan positif. Pahami karakteristik anak dengan ilmu pedagogi dan psikologi.

Bantu anak mengatasi kesulitan dalam proses tumbuh kembang, seperti berbicara, mengelola emosi, dan lain-lain.

“Berikan contoh yang baik agar anak memahami aturan yang berlaku di masyarakat,” katanya.

“Perilaku buruk anak diatasi dengan penuh kesabaran tanpa diberikan hukuman. Apresiasi pencapaian anak sesuai kemampuannya dan tidak dibandingkan dengan anak lain,” jelas Yeni.

“Semua proses pengasuhan dilakukan dengan tegas, disiplin positif dan menyenangkan,” ujar ibu dari dua anak ini.***

Sumber: Satupena

Berita Terkait