DECEMBER 9, 2022
International

Tuan Rumah Olimpiade Paris, Pemerintah Perancis Alami Serangan Siber Lebih dari 140 Kali

image
Aktor Tom Cruise membawa bendera olimpiade saat penyerahan ke tuan rumah selanjutnya pada penutupan Olimpiade Paris 2024 di Stadion Stade de France, Paris, Prancis. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/YU (ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

POLITIKABC.COM - Otoritas Prancis menginformasikan bahwa selama Olimpiade Paris, terdapat lebih dari 140 laporan serangan siber. Meskipun demikian, tidak ada satupun dari serangan tersebut yang mengganggu acara olahraga global tersebut.

Selama periode Olimpiade Paris, badan keamanan siber Prancis tetap waspada terhadap potensi serangan yang bisa merusak kegiatan penyelenggaraan, sistem tiket, atau transportasi.

Antara tanggal 26 Juli hingga 11 Agustus pelaksanaan Olimpiade Paris, badan keamanan siber pemerintah, Anssi, mencatat 119 laporan terkait "peristiwa keamanan" dengan dampak rendah dan 22 insiden di mana "aktor jahat" berhasil menargetkan sistem informasi tertentu.

Baca Juga: Menang Telak di Olimpiade Paris 2024, Kontroversi Gender Petinju Perempuan asal Aljazair, Imane Khelif Dibantah IOC

Serangan-serangan ini umumnya ditujukan pada entitas pemerintah serta sektor olahraga, transportasi, dan telekomunikasi.
Menurut Anssi, sepertiga dari insiden tersebut adalah insiden downtime, setengahnya disebabkan oleh serangan penolakan layanan yang dirancang untuk membebani server.

Insiden dunia maya lainnya antara lain terkait dengan percobaan atau upaya penyusupan dan pengungkapan data.

"Semua peristiwa siber yang terjadi pada periode ini secara umum memiliki dampak yang rendah," kata Anssi, seperti disiarkan AFP, Selasa.

Baca Juga: Atlet Angkat Besi Putra, Rizki Juniansyah Berhasil Raih Medali Emas di Olimpiade Paris, Sekaligus Pecahkan Rekor Ini

Grand Palais, yang menjadi tuan rumah acara Olimpiade di Paris, dan sekitar 40 museum lainnya di Prancis menjadi korban serangan ransomware pada awal Agustus. Namun, menurut Anssi, hal itu tidak mempengaruhi sistem informasi apa pun yang terlibat dalam pertandingan tersebut.

Ransomware mengeksploitasi kelemahan keamanan untuk mengenkripsi dan memblokir sistem komputer, menuntut uang tebusan dari pengguna atau organisasi untuk membukanya.

Selama Olimpiade Tokyo tahun 2021 yang tertunda karena pandemi, penyelenggara melaporkan adanya 450 juta operasi serupa, dua kali lebih banyak dibandingkan selama Olimpiade London tahun 2012.

Baca Juga: Penutupan Olimpiade Paris 2024, Dua Atlet Peraih Medali Emas dari Indonesia Ikut Serta dalam Rombongan Defile

Menjelang Olimpiade Paris, direktur teknologi dan sistem informasi untuk Olimpiade Paris Marie-Rose Bruno memperkirakan serangan siber akan terjadi "delapan hingga 10 kali lebih besar" dibandingkan yang terjadi pada Olimpiade di Tokyo.***

Sumber: Antara

Berita Terkait