DECEMBER 9, 2022
International

Unjuk Rasa Besar-besaran di Bangladesh, Militer Dikerahkan dan Pemerintah Putus Akses Internet

image
Aksi unjuk rasa di Bangladesh membuat pemerintah memutus akses internet/HO-Anadolu/www.aa.com.tr

POLITIKABC.COM - Akses internet di Bangladesh diputus akibat aksi unjuk rasa besar-besaran, berupa long march anti-pemerintah yang akan dilakukan menuju ibu kota negara, Dhaka.

Sejumlah warga dari sedikitnya lima tempat berbeda, termasuk Dhaka, mengatakan bahwa tidak ada akses internet di Bangladesh akibat unjuk rasa besar-besaran tersebut. 

Kendati demikian, tidak ada tanggapan langsung dari pemerintah terkait perintah penutupan akses internet di Bangladesh. 

Baca Juga: Ini Alasan Pemerintah Kanada Peringatkan Warganya agar Tidak Melakukan Perjalanan ke Bangladesh

"Penutupan total internet telah diperintahkan," harian nasional Prothom Alo melaporkan, mengutip perintah pemerintah.

Protes baru melanda seluruh negeri pada Minggu 4 Agustus yang menuntut pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina untuk mundur. 

Setidaknya 93 orang tewas di seluruh negeri, kata sumber-sumber rumah sakit kepada Anadolu.

Baca Juga: Kementerian Luar Negeri Pastikan WNI di Bangladesh Aman di Tengah Situasi Gelombang Demonstrasi Besar-besaran

Demonstran yang sebagian besar dipimpin oleh mahasiswa berencana untuk mengadakan pawai panjang ke Dhaka pada Senin tetapi pemerintah telah memberlakukan jam malam tanpa batas waktu untuk menggagalkan demonstrasi semacam itu.

Perdana Menteri Hasina pada Minggu mengancam akan menggunakan tindakan keras terhadap mereka yang melakukan terorisme atau menyebarkan anarki di negara tersebut.

Bangladesh telah menyaksikan gelombang demonstrasi besar-besaran sejak awal Juli. Para demonstran yang semula menuntut reformasi dalam pekerjaan publik kini menuntut pengunduran diri Hasina.

Baca Juga: Berkuasa Sejak Tahun 2009, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina Kabur ke India Usai Unjuk Rasa Besar-besaran

Selama tiga pekan terakhir, negara Asia Selatan berpenduduk sekitar 170 juta itu berada dalam kekacauan akibat gelombang protes yang dipimpin mahasiswa yang menuntut reformasi terhadap kuota pekerjaan pemerintah.

Kendati pemerintah akhirnya membuat perubahan pada sistem kuota, tanggapan kekerasan terhadap protes tersebut menewaskan setidaknya 200 orang. Sebagian besar adalah mahasiswa dan warga masyarakat.***

Sumber: Antara

Berita Terkait