Ketika Orang Pintar Pun Jadi Jongos: Menyambut Pertunjukan Teater di Yogyakarta
- Penulis : Ulil
- Minggu, 21 Juli 2024 11:47 WIB

Busril: “Wah ya ndak bisa. Ndak bisa. Kita setara. Ini harus didobrak! Biar egaliter!”
Kotto: “Egaliter..egaliter ndas situ! (pause) He, kamu mesti ingat ajaran leluhur perjongosan.
Sejongos-jongosnya Jongos yang radikal, masih lebih baik jongos yang selalu siap ditindas (tertawa).”
-000-
Naskah The Jongos ditulis oleh Indra Tranggono. Yang menjadi sutradara Isti Nugroho.
Naskah dimainkan oleh Teater Dapoer Seni Djogja. Pentas teater ini untuk tanggal 10 Agustus 2024, di auditorium, Jurusan Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Menangnya Gerakan “Katakan Tidak kepada Keharusan Berjilbab"
Pesannya memberi kritik tajam kepada sistem oligarki dan ketidakadilan yang merajalela. Cerita ini berpusat pada Tuan Hakim, simbol dari sistem hukum yang korup dan tunduk pada kekuasaan oligarki.
Pesan utamanya: di luar kelompok oligarki yang berkuasa dan kaya, semua orang hanyalah korban dari sistem yang korup dan tidak adil.
Skenario ini dimulai dengan Prof Dr Pras Jikmo yang memberikan jubah kepada Tuan Hakim. Itu simbol penyerahan kekuasaan.
Baca Juga: Pandangan Denny JA tentang Menangnya Gerakan Katakan Tidak kepada Keharusan Berjilbab
Panggung terdiri dari tiga level yang menunjukkan hirarki sosial. Tuan Hakim di level atas. Busril serta Kotto, sebagai jongos atau pelayan di bawah.