DECEMBER 9, 2022
Nusantara

Dunia Anak dalam Lukisan Artificial Intelligence Denny JA

image
Lukisan Artificial Intelligence AI Denny JA (Politiabc.com/kiriman)

Oleh: Anwar Putra Bayu*

POLITIKABC.COM - Di sela-sela  berlangsungnya  kegiatan pemberian penghargaan kepada 70 Sastrawan Indonesia di Hotel Sultan Jakarta selama tiga hari (24-26 Juni) itu, maka saya memanfaatkan waktu kosong pada 25 Juni 2024 tengah hari untuk melihat pameran lukis Artificial Intelligence (AI) karya Denny JA, yang dipamerkan sejak bulan Maret lalu di Mahakam 24 Residence. 

Bersama empat sastrawan dari Sumatera Utara penerima penghargaan sekurang-kurangnya  50 tahun berkarya yakni, Prof. Shafwan Hadi Umri, Idris Pasaribu, Sulaiman Sambas, dan Jaya Arjuna. 

Baca Juga: Denny JA: Universalization of the Religious Message

Sedangkan saya sendiri penerima penghargaan 40 tahun berkarya dari Sumatera Selatan. Secara pribadi saya memang punya kedekatan emosional dan intertekstual dengan empat sastrawan Sumut itu. 

Pendek kata kami pun berhimpun menyaksikan bersama pameran lukisan Artificial Intelligence (AI) Denny JA.

Udara terik di luar menyertai saya dan kawan-kawan memasuki ruang dasar (lantai satu). Kami disambut oleh Fadil dengan ramah. Ruangan menjadi  terasa agak sejuk lantaran udara AC. 

Baca Juga: 5 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA untuk HUT ke-497 Jakarta

Di lantai satu inilah saya dan kawan-kawan sudah disuguhi  lukisan AI Denny JA yakni  dua band legendaris dari Inggris dan Indonesia, The Beatles dan Koes Plus. 

Sepertinya Denny JA sengaja menata lukisan tersebut di dinding ruangan  lantai satu dengan tujuan agar terasa santai dan familiar.  Lebih-lebih kami disuguhi minuman hangat dan dingin.

Fadil mulai memandu dari lantai satu hingga lantai tujuh, setiap lantai di belah dua dinding yang tergantung beberapa lukisan dengan berbagai tema, sehingga imajinasi saya bekerja seakan berada dan plesiran dalam lorong waktu. 

Baca Juga: Denny JA Terbitkan Buku Puisi Esai ke-6 tentang Sisi Gelap Sejarah Kemerdekaan

Lukisan-lukisan yang tergantung  didinding tak lain adalah peristiwa-peristiwa yang sepertinya baru dilalui.

Tema pemilihan presiden dan covid 19 di lantai dua antara lain misalnya, bagaimana Denny JA merekonstruksi saat Gibran hadir dengan kalimat imajinatif “ Tenang Pak Prabowo, saya sudah hadir di sini.” 

Peristiwa ini sungguh sebuah satir yang getir. Kayaknya, Denny JA ingin memberi pesan soal tatakrama dalam peristiwa itu. 

Baca Juga: 5 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Mengapa Mengurung Pikiran di Dalam Sangkar

Tahun 2019 hingga 2021 merupakan tahun-tahun buruk bagi dunia terutama Indonesia. Betapa tidak, pandemi Covid 19 merupakan “maha duka” bagi keluarga Indonesia dengan munculnya monster berupa virus yang divisualkan oleh Denny JA sebagai “the birth of A Monster” entitas pencabut nyawa. Beratus ribu nyawa melayang. 

Namun, peristiwa itu berhenti ketika secara resmi Indonesia melalui WHO menyatakan bebas virus covid 19, yang sangat impresif dilukiskan dengan tangan-tangan menggapai masker putih. 

Lukisan yang berjudul “Welcome 2023 A Pandemi Free Year” itu, seakan mengingatkan orang-orang masih terikat dengan masker meski pemerintah menyatakan bebas covid.

Baca Juga: Riset LSI Denny JA: Masyarakat Media Sosial Khawatir Dampak Judi Online bagi Keuangan

Peristiwa demi peristiwa dan suasana demi suasana dihadirkan Denny JA dalam wujud lukisan AI. 

Selain tema-tema tempo dulu dan masa depan, tema tokoh-tokoh dan revisiting, adalah tema anak-anak di Gaza (Lantai enam) merupakan peristiwa yang menyita perhatian Denny JA  olehkarena anak-anak di Gaza (Palestina) banyak  terbunuh lantaran seragan bom dan meriam oleh tentara Israel.

Potret anak korban serangan brutal yang dipamerkan hampir semua terungkap yang tak lain sebuah realitas sosial dan kemanusiaan dalam kota Gaza  yang porak poranda. 

Anak-anak kehilangan ibu bapaknya, juga keluarga. Pada gilirannya, nasib merekate-terombang-ambing tanpa perlindungan. Hal itu digambarkan Denny JA , bahwa anak-anak Gaza begitu suram memandang masa depannya. Anak-anak Gaza yang yatim  piatu menjadi tidak berdaya. 

Sebagaimana diungkapkan oleh Denny JA dalam satu karya lukisan seorang anak lelaki terduduk setengah berdiri  mengenakan dua sayap sebagai simbol kebebasan memandang kota yang hancur dengan memakai teknik Artificial Intelligence (AI). 

Konstruksi ruang sebagai media pada pameran Denny JA ini tetap konvensional menggunakan kanvas namun diberi bingkai dari bahan metal berwarna perak.

Dalam perkembangan seni rupa mutakhir Indonesia, kehadiran Denny  sebagai perupa yang banyak melahirkan karya-karya berupa Intelligence (AI) setidaknya memberikan kontribusi sekaligus menyuguhkan warna tersendiri pada sisi lain perjalanan keseni-rupaan Indonesia. 

Sebagaimana di masa lalu adanya cagak (tonggak) senirupa Indonesia Mooi Indie; Persagi misalnya, maka boleh jadi Denny JA merupakan cagak atau tonggak senirupa Artificial Intelligence (AI) di Indonesia. Setidaknya, 188 lukisan AI Denny JA yang terpajang itu sudah memberikan sesuatu yang terkini.***

*Anwar Putra Bayu adalah Penerima Penghargaan 40 Tahun berkarya 2024 Badan Bahasa dan Sastra Kemendikbudristek

Berita Terkait