Catatan Denny JA: Ibu Muslimah Mengantar Putranya Menjadi Pendeta
- Penulis : Ulil
- Sabtu, 11 Januari 2025 14:27 WIB
Sang ibu memahami bahwa cinta kepada anaknya tidak membutuhkan kesamaan keyakinan. Justru, ia menemukan dimensi baru dalam hubungannya dengan Tuhan melalui perjalanan spiritual anaknya.
“la memilih percaya, cinta seorang ibu akan selalu menjadi jembatan, meskipun mereka berbeda haluan.
Laut mungkin tak lagi tenang,
tapi sang ibu tahu, hatinya telah menjadi dermaga penuh karang.”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Inilah Pentingnya Membuat Dokumentasi Sebuah Gerakan
“Lautnya boleh bergelora,
tapi pelabuhan cinta seorang ibu tak pernah goyah.”
Puisi esai ini adalah salah satu dari 15 karya Ahmadie Thaha dalam buku Terowongan Iman. Buku ini membahas bagaimana cinta dan iman sering kali bertemu pada persimpangan yang sulit.
Pesan utama buku kumpulan puisi esai ini adalah iman sejati terletak pada cinta yang menghormati kebebasan spiritual dan keberanian menerima perbedaan.
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Kesempatan Koruptor Bertobat dengan Catatan Melakukan Hal Ini
Di samping puisi esai yang sudah dikutip di atas, dua puisi esai Ahmadie Thaha berikutnya juga memberi kita jeda untuk merenung.
Puisi esai “Beragama Bukan Sekadar Tanda” mengisahkan Raimona, seorang pria yang merasa terjebak dalam formalitas agama di kartu identitasnya.
Ia bergulat dengan kegelisahan batin karena keyakinannya tidak sesuai dengan apa yang tertulis. Ketika cintanya pada Maria, yang berbeda agama—terhalang aturan, ia memutuskan memperjuangkan kebebasan berkeyakinan melalui pengadilan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Membawa Spirit para Sufi ke Era Artificial Intelligence
Meski perjuangannya gagal, Raimona menemukan kekuatan dalam ketenangan batin dan keberanian untuk hidup jujur dengan dirinya sendiri.