DECEMBER 9, 2022
Humaniora

80 Lebih Peserta Lintas Agama dan Generasi Diskusikan Buku Hijrah Berkali-Kali Ala Denny JA di Rumah Kerajaan Buleleng

image
Diskusi buku Hijrah Berkali-Kali Ala Denny JA di Rumah Kerajaan Buleleng Bali. (Politikabc.com/kiriman)

POLITIKABC.COM - Sebanyak delapan puluh lebih peserta lintas agama dan lintas generasi  hadir dalam diskusi buku Hijrah Berkali-Kali Ala Denny JA, yang diadakan di Puri Buleleng, rumah kerajaan Bali, Selasa 29 Oktober 2024. 

Para peserta adalah perwakilan penyuluh agama (Islam, Hindu, dan Kristen), pengurus Fatayat, GP Anshor, Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Mahasiswa Hindu Darma Indonesia (KMHDI) , para guru, serta perwakilan OSIS  di berbagai SMA/MA di Buleleng. 

Diskusi buku  yang mengangkat tema “Agama Cinta dan Universalisasi Agama”, mendiskusikan salah satu pemikiran Denny JA tentang agama cinta yang berangkat dari renungan syair Jalaluddin Rumi: “Agamaku adalah cinta. Dan rumah ibadahku adalah hati setiap hati manusia.”

Baca Juga: Catatan Denny JA: Air Mata Jurnalis Perang, Inspirasi dari Film Lee

“Bagi Denny, semakin banyak agama bukanlah masalah. Justru,  ketika pesan agama-agama itu diuniversalisasi, maka agama  menjadi warisan kultural yang dapat dirayakan bersama. Sebab, pesan-pesan universal agama seperti cinta-kasih, keadilan, kesetaraan, dan perdamaian, dapat dirasakan oleh siapa saja, bahkkan oleh mereka yang mengaku tidak beragama,” jelas Mila Muzakkar, penulis buku, yang hadir sebagai pembicara dalam diskusi buku ini. 

Mila mengambil contoh meditasi sebagai ajaran dalam agama Budha. Saat ini, meditasi bukan hanya dilakukan oleh umat Buddha tapi oleh siapa saja yang mau dan membutuhkan ketenangan dan rasa damai. Banyak penelitian yang membuktikan manfaat meditasi yang dapat menghilangkan stres dan memicu hormon kebahagiaan. 

Pembicara lainnya, Kadek Satria, seorang Penyuluh Agama Hindu, mengapresiasi buku Hijrah Berkali-Kali Ala Denny JA, dan mengaku kagum dengan pemikiran Denny JA yang mencerahkan. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Keempat Hidup Bermakna, Small Winning

“Kalau tugas filsuf itu adalah memberikan pencerahan, maka Denny JA bisa dikategorikan sebagai filsuf,” jelas Kadek. Dalam pemaparannya, Dosen Universitas Hindu Indonesia (UNHI) itu juga menjelaskan ajaran cinta dalam agama Hindu. 

Sambil duduk lesehan di atas karpet, di  bawah pohon besar taman Puri Buleleng, peserta diskusi buku sangat antusias mengikuti kegiatan. Berbagai pertanyaan muncul seperti, bagaimana menghidupkan spiritualitas dalam diri, mengapa orang yang diajarkan mencintai agamanya justru membenci orang bergama lain, hingga tentang tips menjaga konsistensi dalam beragama.

Setelah diskusi buku, para peserta diajak memvisualisasikan makna agama cinta dengan melukiskannya di atas tote bag. Ada yang melukis lambang berbagai agama, pelangi dan cinta sebagai simbol keberagaman, jalan menuju kebenaran, hingga lukisan abstrak sebagai gambaran manusia yang katanya tidak bisa ditebak. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Kelima Hidup Bermakna, Spiritualitas dan Wellness

Dua orang peserta bahkan melukis lambang cinta dan menulis nama Denny JA. Katanya, itu sebagai simbol mereka cinta pemikiran dan inspirasi dari Denny JA.

Karena bertepatan dengan hari perayaan Sumpah Pemuda, pembicara pun mengajak seluruh peserta membacakan teks Sumpah Pemuda. Acara berlangsung dari jam setengah empat sore hingga jam tujuh malam. 

Bincang buku ini merupakan rangkaian dari roadshow Diskusi Buku Hijrah Berkali-Kali ala Denny JA yang sebelumnya sudah berlangsung di Jakarta dan Makassar.***

Berita Terkait